JawaPos.com – Setelah menaikkan 25 basis poin (bps), pelaku pasar memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga acuannya. Di Eropa, risiko meningkat menyusul jatuhnya Deutsche Bank pada akhir pekan lalu. Krisis perbankan global tersebut cukup positif bagi Indonesia karena ada indikasi aliran dana masuk.

The Fed memberikan sinyal bahwa perang terhadap inflasi harus tetap berlanjut meski terjadi krisis perbankan atau tidak. Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu memproyeksikan inflasi inti memuncak di level 3,6 persen tahun ini.

“Keyakinan pelaku pasar jika The Fed sudah mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga menjadi sentimen positif di pasar,” kata analis pasar modal Hans Kwee kepada Jawa Pos Minggu (26/3).

Pelaku pasar saham juga mempertimbangkan pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Dia menyatakan, tindakan darurat federal untuk mendukung bank-bank regional yang gagal dapat dilakukan lagi jika diperlukan. Artinya, pemerintah memberi jaminan akan mengambil langkah untuk menjaga simpanan nasabah tetap aman.

Menurut Hans, pernyataan tersebut meredakan potensi penarikan dana besar-besaran dari perbankan AS. Sekaligus akan meredakan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di Negeri Paman Sam.

Di Eropa, aksi jual saham perbankan memukul indeks saham pada perdagangan akhir pekan lalu. Kondisi itu disebabkan melonjaknya kekhawatiran terhadap stabilitas sektor keuangan.

Salah satunya adalah harga saham papan atas di pasar saham Jerman, Deutsche Bank, jatuh karena indikator CDS (biaya asuransi utang) untuk risiko gagal bayar melonjak lebih tinggi dalam empat tahun terakhir.

Krisis perbankan justru membuat pengelola dana global mengalihkan dananya ke obligasi emerging market Asia. Termasuk Indonesia. Menyusul ketidakpastian di kawasan AS dan Eropa.

Investor asing menggelontorkan dana kelolaannya ke obligasi Korea Selatan, terbanyak dalam delapan bulan. Arus masuk modal ke obligasi Indonesia mencapai posisi terkuat sejak Januari.

Perubahan terbesar imbal hasil US Treasury dalam lebih dari satu dekade memicu upaya untuk mencari tempat berlindung alternatif. Sebab, investor berusaha mengatasi dampak dari krisis perbankan global.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono menyatakan, perdagangan bursa pada periode 20–24 Maret ditutup bervariasi. IHSG meningkat 1,26 persen ditutup di posisi 6.762,25.

“Investor asing pada Jumat (24/3) mencatatkan nilai beli bersih Rp 207,1 miliar dan sepanjang 2023 investor asing mencatatkan nilai beli bersih Rp 3,652 triliun,” beber Yulianto.

PENUTUPAN IHSG SEPEKAN TERAKHIR

-20 Maret: 6.612,49

-21 Maret: 6.691,61

-24 Maret: 6.762,25

Saham Teraktif pada Perdagangan Jumat (24/3)

-BBCA: Rp 1.514.375.045.000

-BBRI: Rp 1.486.938.077.000

-BMRI: Rp 1.427.400.907.500

-BBNI: Rp 831.815.055.000

-TLKM: Rp 516.289.845.000

Sumber: BEI

By admin