JawaPos.com – Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) diakibatkan efek domino dari kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Hal itu menyebabkan penurunan nilai obligasi dan penarikan simpanan besar-besaran para nasabah yang mayoritas perusahan startup.
Chief Operating Officer (COO) Pluang Riadi Esadiputra menyatakan, penurunan nilai obligasi berimbas kepada kerugian yang tidak terealisasi yang memengaruhi likuiditas SVB secara negatif. Kondisi tech winter juga tak dipungkiri menjadi kontribusi SVB tidak lagi memiliki cukup modal untuk operasionalnya. Akibat perlambatan penggalangan dana para startup.
“Pluang masih memantau perkembangan yang ada namun demikian kami berpendapat pada saat ini dampak langsung dari kebangkrutan SVB ke industri startup digital di Indonesia relatif kecil,” kata Riadi kepada Jawa Pos, Jumat (24/3).
Ada dua hal yang diperhatikan. Menurut data Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo), jumlah startup di tanah air yang menerima investasi dari modal ventura yang berbasis di Silicon Valley cukup sedikit. Begitu juga jumlah modal ventura Indonesia yang berbisnis dengan SVB dan berinvestasi di startup berbasis Amerika Serikat (AS).
Justru, yang perlu diwaspadai adalah imbas kebangkrutan SVB bisa berdampak pada ekosistem sektor perbankan AS yang lebih luas. Seperti sudah terlihat pada Signature Bank yang juga ditutup satu hari setelah SVB. Serta, bank regional seperti First Republic dan PacWest Bancorp yang sahamnya anjlok.
Dia menegaskan, bahwa tidak melihat adanya dampak langsung kebangkrutan SVB terhadap operasional bisnis Pluang. Namun, sentimen negatif secara umum terhadap instansi finansial AS dapat berpengaruh pada preferensi pengguna Pluang. Khususnya yang berinvestasi di produk saham AS.
“Dalam konteks ini, diperkirakan akan ada imbas tidak langsung kepada preferensi investor terhadap saham perusahaan perbankan AS. Hal ini diakibatkan performa saham yang terpengaruh dari kondisi kepailitan SVB,” jelasnya.
Pihaknya berkomitmen untuk memberikan informasi pasar terkini terkait produk-produk investasi yang dipasarkan. Yakni, emas digital, reksa dana, aset kripto, dan indeks saham AS. Dengan tujuan, memberikan pandangan yang menyeluruh terkait kondisi dan sentimen pasar kepada lebih dari 9,6 juta pengguna terdaftar Pluang.
Informasi tersebut dapat diakses melalui newsletter harian Pluang Digest dan update Instagram Pluang Snapshot. Baru-baru ini, startup penyedia instrumen investasi itu juga memberikan informasi mengenai kondisi pasar AS serta potensi dampak yang dapat terjadi terkait kebangkrutan SVB.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk menyebut kegagalan SVB tidak berdampak signifikan. Meski demikian, momentum tersebut membuat perseroan semakin waspada. Yakni dengan memperkuat manajemen risiko dan pengelolaan portofolio pendanaan maupun kredit ke depan.
“Mengenai dampak situasi ekonomi global dengan jatuhnya SVB, kemudian Signature Bank, dan isu global lainnya kita terus cermati. Ini membuat kita semua semakin waspada,” ucap Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut telah melakukan stress test kinerja perbankan dalam negeri. Hasilnya, kondisi perbankan Indonesia masih terjaga. Bahkan, sangat kuat di tengah krisis perbankan global.
“Kami menyimpulkan kondisi perbankan di dalam negeri berdaya tahan terhadap dampak ini. Namun kami terus melakukan pemantauan,” jelasnya.