Menggali lebih dalam bahan-bahan konvensional untuk dijadikan sebuah seni adalah ide utama pameran Beneath the Layers yang digagas Baik Art. Dipamerkan langsung di Baik Art, Jakarta, sejak 2 Maret hingga 2 April 2023, Baik Art menunjukkan hasil eksplorasi dan pendekatan inovatif soal bahan dalam pembuatan seni konvensional.

DIREKTUR Baik Art Jonathan Harjo menyatakan, pihaknya ingin memberikan gambaran bahwa perkembangan artistik tidak jauh terpisah dari eksperimen material. Seniman-seniman yang menampilkan karya pada Beneath the Layers mengumpulkan objek dan bahan di sekitar untuk disulap menjadi instalasi.

”Bahan yang digunakan mudah didapat. Benda-benda yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan sederhana yang tampaknya biasa itu tetap terlihat penting di tangan para seniman,” ujar Jonathan.

Enam seniman ambil bagian dalam pameran ini. Yakni, Asmoadji, Irfan Hendrian, Iwan Effendi, Widi Pangestu, Ahn Hyun-jung, dan Park Ji-hyun. Melalui metode dan bahan konvensional inilah, para seniman menginterpretasikan kekuatan tak berwujud di struktur sosial yang jejaknya dapat ditemukan pada objek.

”Para seniman memproses ulang kertas, mengubah pertunjukan langsung ke permukaan datar melalui pendekatan media campuran, merekam kehidupan sehari-hari dalam lukisan di atas kanvas dan linen yang dijahit, serta membangkitkan kembali kehidupan sobekan kertas,” papar Jonathan.

Semua karya yang ditampilkan di Beneath the Layers memang mencerminkan pesan yang ingin disampaikan. Contohnya, karya bertajuk Di Balik Kampung Itu oleh Asmoadji. Sebuah pemandangan perkampungan padat penduduk dibahasakan dengan sangat apik melalui bahan iron sheets dan plywood.

Asmoadji yang banyak menggarap lukisan dan seni patung sukses memotret perkampungan yang disebut kampung halamannya. ”Rumah-rumah saling berimpitan dan nyaris bertumpuk,” kata Asmoadji.

HARUS TELATEN: Thomson karya Park Ji-hyun. Karya ini dibuat mulai 2017 hingga 2022. (FOTO: SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

Karya lain datang dari seniman Ahn Hyun-jung dari Western Painting Duksung Women’s University, Seoul, Korea Selatan, dan penyandang gelar master dari Pratt Institute, New York. Ahn memotret perubahan elemen alam seperti pergantian musim, pergantian waktu, cahaya matahari, titik hujan, hingga langit malam.

Ahn menggunakan kombinasi drawing, grinding, dan painting untuk menampilkan karyanya. Perpaduan warna dan material painting tersebut tampak harmonis dengan bentuk-bentuk garis dan geometri.

Jonathan menjelaskan, eksperimen-eksperimen yang ditampilkan telah dikembangkan mengikuti teknologi dan internet sehingga memungkinkan karya-karya tersebut mengakses metode dan bahan baku yang lebih variatif.

”Mereka meng-explore kemungkinan yang tak terbatas melalui media-media seni yang baru serta menggarap lebih dalam dalam pembuatan gambar, kertas, dan objek,” tutur Jonathan.

RUMIT: Corrugated Chain karya Widi Pengestu. Karya ini dibuat dengan bahan dasar kerta daur ulang. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

By admin