JawaPos.com–Seharian berpuasa dan waktu berbuka menjadi momen balas dendam. Ada yang begitu?
Semua makanan dan minuman dilahap dalam beberapa waktu ketika berbuka puasa. Awas, bahaya kekenyangan dan riskan nutrisi tubuh justru tidak seimbang.
Dokter Christina Rusli mengatakan, seharian berpuasa, tubuh kehilangan cairan. Pada momen berbuka, disarankan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi air.
”Boleh minum air putih hangat atau teh hangat manis tapi jangan terlalu manis. Lalu bisa dilanjutkan kurma, kalau kurma berukuran besar cukup dua kurma,” ujar Christina Rusli.
Dokter yang praktik di National Hospital Surabaya itu menambahkan, saat berbuka bisa juga mengonsumsi jus buah segar. Bukan jus buah kemasan.
Menurut dia, buah bisa memberikan tambahan nutrisi yang hilang saat berpuasa. Saat berpuasa, tubuh dan organ-organ lain bekerja lebih ringan.
Jika berpuasa dilakukan dengan benar, kata Christina, proses pembuangan racun dalam tubuh atau detoksifikasi akan berjalan sempurna. Detoksifikasi merupakan cara bagi tubuh untuk memperoleh gizi yang tepat dan memberikan tubuh kesempatan untuk melakukan pembuangan zat-zat beracun di dalamnya.
”Detoksifikasi cara tubuh untuk memperoleh gizi yang tepat dan memberikan tubuh kesempatan untuk melakukan pembuangan zat-zat beracun di dalamnya. Karena itu, tubuh kita membutuhkan suplemen yang tepat untuk mendukung proses detoksifikasi seperti yang ada di CNI Family Pack 3in1,” ujar Jane Kurnia selaku Product Marketing Manager CNI.
Janes menyatakan, sebetulnya, tubuh sudah memiliki mekanismenya sendiri untuk menangani racun-racunnya dengan berkeringat, buang air kecil, dan buang air besar. Beberapa cara tersebut merupakan detoks dari tubuh secara alami.
Jane menambahkan, dengan berpuasa, berbagai macam racun yang tersimpan dalam lemak akan terpecah, kemudian dikeluarkan tubuh.
”Puasa juga akan meningkatkan hormon endorfin yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Dengan meningkatnya hormon ini, seseorang akan mengalami perbaikan kewaspadaan, kesehatan mental, maupun daya kognitif,” jelas Jane Kurnia.