JawaPos.com–Umat Islam di kawasan Desa Adat Tuban, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, melakukan salat tarawih pertama Ramadan 1444 Hijriah yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi di rumah masing-masing.
”Umat muslim di wilayah desa adat kami sepakat untuk tidak salat tarawih di masjid. Itu murni adalah kesadaran dari warga kami yang toleransi beragamanya tidak perlu diragukan lagi,” kata Bendesa atau Kepala Desa Adat Tuban Wayan Mendra seperti dilansir dari Antara di Badung.
Dia mengatakan, sesuai dengan seruan bersama Hari Suci Nyepi 1945, umat muslim diperbolehkan menjalankan salat tarawih pertama di rumah ibadah terdekat dengan berjalan kaki, penerangan yang dibatasi, serta tidak menggunakan pengeras suara. Pihaknya sejak awal juga sudah mengizinkan umat muslim di Desa Adat Tuban apabila ada yang akan melakukan salat tarawih pertama di masjid terdekat dengan jarak 50 meter dari tempat tinggal.
Namun, menjelang pelaksanaan Nyepi, pihaknya mendapatkan informasi kembali bahwa umat Islam serta takmir masjid setempat telah bersepakat untuk tidak salat di masjid.
”Jadi kami dari desa adat tidak pernah melarang karena negara menjamin kemerdekaan bagi penduduk untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Jadi kami tidak melarang dan bahkan membatasi pun tidak,” kata Wayan Mendra.
Salah seorang warga di Kampung Bugis, Desa Adat Tuban, Nur Haida mengungkapkan, keluarga besarnya memutuskan untuk berkumpul dan menjalankan salat tarawih pertama di salah satu rumah keluarga. Menurut dia, meskipun jarak rumah mereka dengan masjid termasuk dekat, mereka ingin menghindari adanya terlalu banyak warga yang berlalu lalang di jalanan saat Hari raya Nyepi meskipun telah diizinkan desa adat.
”Kami menghargai umat Hindu yang sedang menjalankan ibadah saat Hari Raya Nyepi. Jadi kami melaksanakan salat tarawih pertama pada Ramadhan 1444 Hijriah ini di rumah,” tutur Nur Haida.
Dia menambahkan, bertepatan dengan hari pertama salat tarawih Ramadan dengan Hari Raya Nyepi di Bali itu dapat menjadi momentum untuk menunjukkan betapa kuatnya toleransi beragama di Pulau Dewata.
”Menurut saya ini indah, toleransi di Bali ini tidak bisa kita temukan di tempat lain. Salat di rumah ini tadi juga tidak mengurangi kekhusyukan kami dalam beribadah,” ucap Nur Haida.