JawaPos.com–Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah memetakan beberapa ancaman potensial terhadap pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
”Sudah menjadi tugas pokok TNI untuk mengamankan pembangunan IKN, karena IKN merupakan lambang dan simbol kedaulatan negara,” kata Kepala kelompok staf ahli Pangdam VI Mulawarman Brigjen TNI Ivancius Siagian seperti dilansir dari Antara.
Hal itu disampaikan dalam webinar dengan tema IKN dan mitigasi radikalisme terorisme, yang digelar Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, yang dilaksanakan secara daring.
Ivancius Siagian menjelaskan, wilayah penugasan Kodam VI Mulawarman terdiri atas tiga provinsi. Yakni Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Selatan (Kalsel). Berdasar pemetaan, Kalbar merupakan lima besar wilayah rawan radikalisme, menurut hasil survei BNPT. Juga merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan keluar negeri.
”Potensi trans nasional crime seperti penyelundupan manusia,” ujar Ivancius Siagian.
Menurut dia, belum lama ini, Batalyon infanteri di perbatasan Kaltara, mengagalkan penyeludupan 24 kilogram narkotika jenis sabu-sabu.
”Selanjutnya pemetaan wilayah Kaltim. Masuk dalam kelompok terorisme jaringan Filipina Selatan dan Poso Sulawesi Tengah. Kemajemukan masyarakat dimanfaatkan jaringan terorisme untuk deception (penipuan) serta wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan keluar negeri,” papar Ivancius Siagian.
Kemudian di wilayah Kalsel, menurut dia, skala masyarakat yang terpapar radikalisme berada di ambang menengah, dengan skala 55,5 poin. Provinsi dengan tingkat kemajemukan tinggi dan memiliki garis pantai cukup panjang, yang dapat menjadi akses infiltrasi.
Selain itu, dia menambahkan, Kodam VI Mulawarman juga memetakan sel tidur di antaranya Kaltara dengan dua kelompok radikal, satu napi teroris (napiter), dan satu mantan napiter. Kaltim dengan 21 kelompok radikal, dua napiter, 15 mantan napiter, dan empat simpatisan.
”Di Kalsel terdapat 19 kelompok radikal, tujuh napiter, satu mantan napiter dan 11 simpatisan,” terang Ivancius Siagian.
Dia mengungkapkan, kegiatan dari sel tidur itu yakni penguatan sel-sel baru kelompok radikal, dengan penyebaran doktrin radikalisme. Memasukkan anak-anak ke pondok pesantren radikal hingga melaksanakan amal pada momen tertentu.