JawaPos.com – The Fed (Federal Reserve) atau Bank sentral Amerika Serikat kembali menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin atau 0,25 persen pada Rabu (22/3) waktu setempat. Kenaikan ini dinilai kecil di tengah gejolak perbankan global.
Ketua Fed Jerome Powell berusaha meyakinkan investor tentang kesehatan sistem perbankan dengan mengatakan bahwa manajemen Silicon Valley Bank “gagal parah”, tetapi keruntuhan bank tidak menunjukkan kelemahan yang lebih luas dalam sistem perbankan.
“Ini bukan kelemahan sistem perbankan yang secara luas. Sistem perbankan AS sehat dan tangguh,” kata Jerome Powell seperti dikutip Reuters, Kamis (23/3).
Ia menjelaskan, ke depan The Fed terus berkomitmen untuk memerangi inflasi sembari mengamati sejauh mana kegagalan bank baru-baru ini telah mendinginkan permintaan dan memperlambat pinjaman.
Sebanyak tujuh pejabat The Fed memprediksi bahwa kenaikan suku bunga akan naik lebih tinggi dari 5,25 persen tahun ini. Bahkan, satu anggota memproyeksikan tingkat suku bunga setinggi 6 persen dan tidak ada pejabat The Fed yang melihat penurunan suku bunga di tahun ini.
Sementara itu, kenaikan suku bunga tanpa henti The Fed untuk mengendalikan inflasi adalah salah satu faktor penyebab krisis sektor perbankan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
“The Fed sekarang hidup dengan harapan dan doa agar mereka tidak melakukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada sistem perbankan,” kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior di Allspring Global Investments di Menomonee Falls, Wisconsin.
“The Fed mungkin berpikir tekanan keuangan menggantikan kenaikan suku bunga di masa depan,” imbuh Brian Jacobsen.
Ke depan, tugas The Fed semakin diperumit dengan krisis perbankan di Negeri Paman Sam. Salah satu bank terbesar di AS, Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut dan diambil alih oleh regulator setempat.
Regulator resmi menutup bank pemberi modal bagi perusahaan rintisan (startup) dan menempatkannya di bawah kendali Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sebagai pihak yang melikuidasi aset-aset bank untuk membayar dana.
The Fed mengakui bahwa kondisi perbankan Negeri Paman Sam saat ini bisa berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi, terutama sektor rumah tangga dan bisnis.
“Perkembangan sektor perbankan baru-baru ini kemungkinan akan menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis dan membebani aktivitas ekonomi, lapangan pekerjaan, dan inflasi,” tandas Jerome Powell.