Payung Madinah, Tujuan Vakansi Sekaligus Area Ibadah

Terintegrasi dengan makam ulama besar kian menguatkan daya tarik Payung Madinah di Kota Pasuruan. Bahkan, ada pengunjung yang datang dari Australia dan Malaysia.

LAILATUL FITRIANI, Kota Pasuruan

SATU per satu payung hidrolis di wisata Payung Madinah, Kota Pasuruan, Jawa Timur, mulai terbuka. Melihat itu, para pengunjung segera berjalan mendekat.

Namun, hingga menjelang siang pada Jumat (17/3) pekan lalu itu, hanya tiga di antara enam payung yang dibuka. Proyek milik Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Pasuruan itu masih dalam pemeliharaan. Beberapa teknisi terlihat sibuk bekerja di tiang penyangga.

”Ini masih tahap pemeliharaan untuk merapikan membran payungnya,” jelas Kepala Disparpora Kota Pasuruan Basuki kepada Jawa Pos.

Namun, kondisi itu sama sekali tidak menyurutkan antusiasme pengunjung untuk datang ke tempat yang selesai dibangun pada Desember 2022 tersebut pada Jumat (17/3) pekan lalu itu. Berasal dari berbagai kota, mereka beramai-ramai foto dengan latar Masjid Agung Al Anwar yang megah.

Letaknya memang strategis. Di belakang Masjid Agung Al Anwar, terdapat kompleks makam ulama besar KH Abdul Hamid. Rombongan peziarah yang hendak atau selesai berziarah akan menyempatkan berteduh dan berfoto di Payung Madinah.

”Ikon baru Kota Pasuruan ini juga sebagai sarana yang mendukung fungsi Masjid Agung Al Anwar. Di waktu tertentu, area payung hidrolis berdiri dijadikan tempat salat, peringatan haul, pengajian, dan kegiatan ibadah lain,” jelas Basuki.

Sebagaimana Jumat pekan lalu, begitu azan berkumandang, jemaah menggelar sajadah di bawah Payung Madinah. ”Selain itu, yang menjadikannya berbeda adalah lokasinya dekat dengan makam Romo KH Abdul Hamid yang merupakan daya tarik utama pada kawasan religi terintegrasi,” ungkapnya.

Tampaknya, upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan itu berhasil menarik wisatawan. Meski Payung Madinah belum diresmikan, terjadi kenaikan jumlah pengunjung setelah adanya pembangunan Payung Madinah dan revitalisasi alun-alun.

Di hari biasa, jumlah pengunjung mencapai 2.000–3.000 orang setiap hari. Saat akhir pekan, suasananya lebih ramai lagi. Ada 4.000–5.000 pengunjung. Mayoritas datang dari sisi timur Pasuruan seperti Bondowoso, Situbondo, dan Lumajang.

”Ada juga beberapa wisatawan luar negeri dari Australia dan Malaysia. Kalau ada event tertentu, bisa menembus lebih dari 15 ribu. Kemarin haulnya Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf itu sampai 10 ribu pengunjung,” ungkap Meylisa yang bertugas di tourism information center Disparpora Kota Pasuruan.

Yang datang bukan hanya peziarah, tetapi juga rombongan santri dan pelajar sekolah dari berbagai tingkat. Pada Jumat pagi lalu itu, misalnya, 29 siswa kelas VI datang untuk tur wisata religi.

”Setiap tahun kami adakan kegiatan ini untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam sekaligus berdoa biar ujian anak-anak dimudahkan,” tutur Kepala SDN Penataan, Winongan, Kabupaten Pasuruan, Muhammad Dahlan.

Tak jauh dari sana, anak-anak dari sebuah TK duduk melingkar di bawah Payung Madinah sembari melantunkan salawat. Beberapa pelajar dengan seragam pramuka berlalu-lalang sambil berfoto ria.

”Untuk weekday, kami memang menerima banyak tamu dari sekolahan. Biasanya mereka outing class, memperkenalkan Payung Madinah, wisata religi, untuk sarana edukasi,” ujar Meylisa.

Semakin sore, pengunjung semakin ramai memadati kawasan alun-alun. Apalagi, satu payung hidrolis sudah dibuka. ”Kebetulan, ada perbaikan. Jadi, ketentuan kapan dibukanya tidak pasti, bergantung kepada teknisinya,” terangnya.

Namun, lanjut Meylisa, sebetulnya ada jam operasional payung terbuka. Yakni, sejak pukul 08.00 sampai pukul 15.00. Dengan catatan, selagi tidak hujan dan tidak berangin.

Salah satu payung di wisata yang dibangun mulai pertengahan 2022 dan rampung akhir tahun lalu itu sempat longsor akibat angin meski tidak sampai jatuh. Karena itu, setiap hujan atau angin kencang, payung akan ditutup.

Wisata yang menghabiskan anggaran Rp 17 miliar itu akan menambah enam payung hidrolis sehingga total ada 12 payung. Dua payung di sisi sebelah utara dan empat lagi di sisi selatan. Pembangunannya berlangsung sepanjang tahun ini.

”Ini yang kami harapkan, menjadi ikon baru untuk makin meningkatkan daya tarik wisata religi sekaligus mendukung branding Kota Pasuruan sebagai Kota Madinah,” tutur Basuki.

By admin