JawaPos.com – Aksi penolakan kedatangan timnas Israel mengikuti Piala Dunia U-20 2023 makin santer digaungkan, bahkan Gubernur Bali I Wayan Koster dikabarkan sudah melayangkan surat ke Menpora terkait penolakan tersebut.
Plt Menpora, Muhadjir Effendy, menjelaskan pihaknya saat ini sedang berkoordinasi dengan FIFA untuk membahas masalah tersebut. Pihaknya bakal mengambil jalan tengah agar tak melanggar Undang-Undang Dasar 1945 dan statuta FIFA.
Walau begitu, pemerintah memiliki komitmen dalam pelaksanaan prestisius ini. “Posisi kami jelas, pemerintah Indonesia tidak akan pernah beringsut sejengkal pun dalam menegakkan konstitusi,” ujarnya dikutip dari YouTube DPR RI. “Hanya memang kami sudah berkomitmen menjadi penyelenggara dan kita juga sepakat acara ini sangat strategis untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia.”
Muhadjir menilai Piala Dunia U-20 2023 sebagai upaya menaikkan kelas sepak bola Indonesia ke kancah internasional. Momen ini tak akan terulang lagi dalam waktu dekat.
“Ini adalah momentum yang belum tentu akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, untuk membawa Indonesia bisa berbicara di kancah internasional, khususnya sepak bola,” tuturnya.
Akan tetapi, dalam rapat tersebut hadir pula perwakilan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Komisi III DPR, Muhammad Nasir Djamil. Dia mengungkapkan bahwa pihaknya menolak keras kedatangan timnas Israel ke Indonesia.
Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan karena Israel merupakan negara teroris yang sampai saat ini eksistensinya tidak diakui pemerintah. Jika Indonesia membiarkan mereka bermain di Piala Dunia U-20 2023, Nasir mengatakan sama saja dengan melanggar konstitusi.
“Ini bukan soal keagamaan, ini soal penjajahan dan kemanusiaan. Sampai hari ini pemerintah Indonesia belum mengakui eksistensi negara Israel dan dalam pembukaan konstitusi kita jelas tak pernah bisa menerima penjajahan,” ucap Nasir.
“Kalau kemudian Fraksi PKS menyampaikan penolakan timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023 itu karena kami ingin pemerintah komitmen dengan konstitusi yang kita miliki,” tuturnya.
“Kalau kita menerima (Israel) seolah-olah kita menerima eksistensi mereka meskipun kami baca ada pernyataan Menteri Luar Negeri di media sosial bahwa nanti tidak akan naik bendera, tidak akan menyanyikan lagu kebangsaan dan sebagainya, menurut saya itu seperti kita tidak berani menampakkan jati diri,” kata Nasir.