JawaPos.com – Curhatan viral Fatimah Zahratunnisa melalui akun Twitter @zahratunnisaf yang mengaku ditagih pajak sebesar Rp 4 juta saat membawa piala ke Tanah Air tampaknya masih berbuntut panjang. Hal ini menyita perhatian warganet karena penyanyi tersebut mengaku tak mendapatkan uang dari lomba di Jepang, namun saat mendapat piala dan dibawa pulang ke Indonesia justru diminta uang bea masuk.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai, Nirwala Dwi Heryanto sebelumnya sudah menyampaikan permohonan maaf. Atas kejadian tersebut, pihaknya memastikan akan mengevaluasi interaksi petugas untuk perbaikan.
“Terkait dengan interaksi antara petugas dan Sdri FZ dalam pelayanan tersebut, kami menyampaikan permohonan maaf. Hal ini akan menjadi evaluasi untuk terus melakukan perbaikan layanan,” kata Nirwala kepada JawaPos.com, Selasa (21/3).
Atas viralnya unggahan tersebut, ternyata Fatimah tidak sendirian. Ada pihak lain yang juga mengalami nasib serupa. Berbalas komentar, Kris Antoni yang merupakan founder game asal Indonesia, Toge Productions juga mencurahkan hal senada.
Melalui akun Twitter pribadinya @kerissakti, dia menceritakan pengalaman tidak mengenakkan saat studio gamenya memenangkan beberapa penghargaan. Kisahnya kurang lebih mirip.
“Ini juga kejadian sama gw. Waktu 2013 @togeproductions menang award Flash Game Summit di San Francisco, tapi karena kita nga bsa pergi terima awardnya jadi pialanya dikirim ke Indonesia, sampai di Jakarta pialanya kena pajak becuk 1juta lebih,” tulis Kris.
Dirinya kemudian bingung akan hal tersebut. Menurutnya, hal ini banyak tidak diketahui oleh orang awam. Mereka pun tidak tahu harus melayangkan protes kemana.
“Mau protes cuma dibilang ‘barang yang diimport mau beli atau gift gratis tetap kena pajak’. Gratis kena pajak tuh gimana? Karena orang awam nggak ngerti apa-apa, kita iya iya aja. Selama 2011-2013 kita menang award tiga tahun berturut2 di Amrik. Ya bayangin aja pajaknya berapa,” lanjut Kris terheran.
Tak sampai disitu, pengalamannya berlanjut ketika Toge Productions menjadi satu-satunya pengembang game Indonesia, yang mendapatkan Devkit atau Developer Kit untuk Nintendo Switch. Akan tetapi dirinya malah dianggap mau jualan.
“Tanpa alat Devkit itu mungkin game2 Indonesia kayak A Space for the Unbound nggak bakal ada di console. Devkit itu teknologi proprietary yg tidak bisa direplikasi di Indonesia. Kalo Indonesia mau maju, tech kayak gini harus dipermudah aksesnya. Ini malah dihambat negara sendiri,” ujar Kris.
Kendati demikian, Kris mengaku beruntung karena sekarang ada Asosiasi Game Indonesia serta dukungan dari Kemenparekraf dan Kominfo. Meskipun sebenarnya masih harus melalui proses yang cukup ketat.
“Sudah sering dijegal becuk. Sampai physical copy game hasil karya sendiri yang buat kenang2an dan dikasih gratis sama publisher pun kena pajak,” sesalnya.