JawaPos.com – Di kawasan Bromo, Jawa Timur, pawai ogoh-ogoh menjadi penanda Tahun Baru Saka 1945. Warga suku Tengger di Pasuruan kemarin memperingatinya dengan sukacita.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak turut hadir. Dia juga dinobatkan menjadi warga kehormatan suku Tengger. Itu ditandai dengan pemasangan udeng khas Tengger ke kepala Emil.
Emil datang didampingi beberapa pejabat Pemprov Jatim serta Pemkab Pasuruan. Begitu tiba, dia langsung disambut oleh beberapa dukun dan tokoh Tengger Brangkulon.
Emil merasa takjub dan kagum atas keberagaman budaya dan kerukunan umat beragama yang ada di Tosari. Menurut dia, hal itu harus tetap dijaga. Dengan apa yang dilakukan warga Tosari, lanjut Emil, sangat wajar kalau daerah tersebut dianugerahi sebagai Kecamatan Bhinneka Tunggal Ika. “Ini harus terus dijaga. Budayanya, ramah warganya, serta keindahan alamnya,” katanya.
Ogoh-ogoh adalah ritual sehari sebelum Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hari ini. Selama Nyepi, kawasan tersebut ditutup untuk umum kecuali untuk kedaruratan.
Sejatinya, mulai kemarin sore penutupan dilakukan. Warga yang tidak memiliki kepentingan tidak diperkenankan masuk ke kawasan Tosari. Mereka diminta turun kembali.
Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Kecamatan Tosari Parji mengatakan, ritual Nyepi akan dilakukan warga Hindu Tengger mulai hari ini pukul 04.00. Mereka tidak boleh menghidupkan api, tidak boleh bepergian, tidak boleh makan-minum, dan tidak boleh keluar rumah.
Meski baru dilakukan pagi hari, kawasan Tosari harus sudah steril. Tak ada lagi warga luar yang tak berkepentingan masuk. Itu dilakukan demi kekhusyukan ritual umat Hindu Tengger.
Suasana Penyeberangan
Dari penyeberangan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, tercatat lonjakan jumlah kendaraan yang menyeberang dari Bali ke Jawa kemarin (21/3). Jumlahnya nyaris tiga kali lipat dibanding jumlah kendaraan yang menyeberang dari arah sebaliknya.
Jawa Pos Radar Banyuwangi melaporkan, data penyeberangan 24 jam terakhir hingga Selasa (21/3) pagi, total kendaraan menuju Banyuwangi mencapai 8.559 unit. Sementara jumlah kendaraan menuju Bali sebanyak 3.583 unit.
Kendaraan yang menyeberang dari Bali didominasi sepeda motor sebanyak 3.341 unit, disusul roda empat pribadi sebanyak 1.779 unit. Dari arah sebaliknya, kendaraan roda dua tercatat 982 unit dan roda empat pribadi 875 unit.
”Kalau dilihat dari tingkat keterisian kapal dan armada yang kami operasikan, sebenarnya sama seperti biasanya. Setiap hari kita siagakan 48 kapal dengan 28 kapal beroperasi,” ujar General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Ketapang–Gilimanuk M. Yasin.
Alasan warga yang menyeberang pun beragam. Mayoritas mereka adalah perantau yang memanfaatkan momen libur Nyepi untuk bisa pulang kampung. Apalagi, Nyepi berdekatan dengan awal Ramadan. ”Saya pulang ke Sidoarjo, sekalian ziarah kubur ke orang tua. Mumpung libur Nyepi, sekalian pulang,” ujar Ningsih, 34, salah seorang penumpang kapal.