JawaPos.com–Fakultas Bahasa dan Sains (FBS) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) menggelar kuliah umum bersama Wahyudi Siswanto. Selama dua jam lebih para peserta mahasiswa FBS itu tampak antusias menyimak pemaparan.
Kuliah umum yang bertajuk Guru Ideal di Abad 21, itu mendulang beragam respons dari para peserta. Wahyudi menuturkan, ke depan, PR dari para calon guru sangat banyak. Salah satunya yakni bagaimana para guru bisa beradaptasi dengan kondisi siswa yang diajar.
”Pembelajaran menggunakan digital sudah tidak bisa dihindari. Guru tidak bisa menjauh, serap sisi positif dari perkembangan teknologi ke depan,” jelas Wahyudi.
Pria 58 tahun itu berharap sumber daya manusia (SDM) guru-guru yang terjun ke sekolah bisa lebih maksimal dalam berkontribusi. Guru tidak bisa menjadi dokter. Namun, guru dapat mencetak seorang dokter hingga membangun rumah sakit.
”Ketika saya diangkat menjadi guru besar, saya berjanji sejak awal. Orang yang pertama saya ucapkan terima kasih adalah guru sekolah dasar. Tanpa mereka, saya tidak akan seperti sekarang,” papar Wahyudi.
Profesor dari Universitas Negeri Malang itu juga menekankan bahwa tidak ada murid yang nakal. Murid nakal itu hanya kelebihan akal. Kemudian, tak ada juga murid yang cacat.
”Saya menyebut murid yang cacat itu, calon pengantar kami untuk menjadi penghuni surga,” tambah Wahyudi.
Dia berpesan agar kampus sebagai institusi pendidikan yang memiliki program pendidikan guru tetap menjaga performa pembelajaran. Sebab, kampus berperan besar mencetak guru yang berkualitas di kemudian hari.
Dekan FBS UWKS Kaswadi berharap agar perguruan tinggi negeri (PTN), khususnya yang memiliki program studi guru bisa berbagi dengan perguruan tinggi swasta (PTS).
”Sejauh ini, kami per tahun lebih kurang 20-30 mahasiswa yang mendaftar di UWKS program studi keguruan,” tutur Kaswadi.