JawaPos.com – Jamaah umrah diperkirakan akan meningkat selama bulan Ramadan. Sejauh ini, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno Hatta Jakarta sudah mencatat ada peningkatan data perlintasan hingga 15 persen dibanding bulan biasa. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi sekitar 25 persen sampai dengan akhir Ramadan hingga awal bulan Syawal, setelah Idul Fitri. Sampai dengan saat ini data jamaah umrah sudah mencapai kurang lebih 800 ribu orang.
“Dengan lonjakan umrah yang begitu tinggi sekarang ini diharapkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama selaku leading sector atas kegiatan ini perlu meningkatkan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan umrah khususnya kepada travel yang telah diberikan izin resmi sebagai penyelenggara umrah atau PPIU,” kata Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj dalam keterangan tertulis, Selasa (21/3).
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) harus berkomitmen memberikan layanan dengan baik. Sebab umrah murni diselenggarakan oleh pihak swasta yang langsung berhubungan dengan jamaah selaku konsumen atau buissnes to customer (b to c).
“Negara harus hadir untuk memastikan hak-hak jemaah dilaksanakan PPIU sehingga umrah berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Beberapa aspek yang perlu dilakukan pengawasan antara lain, harga dan fasilitas yang dijanjikan PPIU, kepastian tiket dan ketepatan jadwal penerbangan dari Indonesia ke Arab Saudi dan sebaliknya, rencana perjalanan dari PPIU, kelengkapan dokumen, layanan akomodasi dan konsumsi yang layak di tanah suci, asuransi, data manifes jemaah harus sesuai ketika berangkat dan pulang, penanganan bagi jamaah yang sakit hingga perlindungan hukum di Arab Saudi jika terjadi persoalan hukum.
Di samping itu, kesiapan dan layanan di bandara juga perlu mendapatkan perhatian agar jamaah nyaman tidak terjadi penumpukan. “Pengawasan bisa juga dilakukan secara partisipatif dengan membuka berbagai layanan pengaduan dari jamaah yang merasa dirugikan oleh oknum PPIU melalui kanal-kanal media sosial,” jelas Mustolih.
Ada beberapa faktor yang mendorong jamaah umrah begitu antusias berziarah ke tanah suci pada bulan Ramadan. Pertama, penundaan umrah di masa pendemi dua tahun lalu membuat masyarakat sangat bersemangat kembali berkunjung ke tanah suci. Kedua, umrah pada bulan Ramadan dianggap memiliki nilai keutamaan dan kemuliaan tersendiri di banding bulan-bulan lainnya. Ketiga, umrah saat ini bukan saja ibadah tapi sudah menjadi life style dikalangan ummat islam sehingga bisa dikemas dengan berbagai kegiatan wisata lainnya.
Keempat, relaksasi berbagai prokes pasca melandainya pandemi Covid-19 di tanah air dan di negara tujuan menyediakan berbagai kemudahan pengurusan umrah termasuk adanya digitalisasi beberapa sektor penting. Kelima, kebijakan Arab Saudi memperpanjang visa dari 30 hari menjadi 90 hari memiliki daya tarik tersediri, sehingga visa umrah bisa digunakan untuk kunjungan non umrah. Keenam, antrean haji regular yang sudah sangat panjang, demikian juga haji khusus karena kuota terbatas menyebabkan umrah menjadi alternatif.