UMAT Hindu merayakan Tahun Baru 1 Saka 1945 yang di Indonesia dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi. Dalam menyambut Tahun Baru Saka, umat Hindu secara bersama-sama mempraktikkan semangat pembangunan masyarakat melalui cara pengendalian diri, puasa, dalam brata penyepian. Parisada Hindu Dharma Indonesia merumuskan catur brata penyepian, yaitu amati geni (tidak menyalakan api, termasuk memasak), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mencari hiburan). Kekuatan catur brata penyepian itu secara harfiah memberikan dampak yang positif di kehidupan, khususnya peradaban di tanah Bali. Dampaknya, semua aspek di tanah Bali selalu memesona. Jutaan wisatawan datang ke Bali.

Momen jelang Nyepi tahun ini diwarnai dengan ulah nakal, bahkan mengarah ke kriminalitas, sebagian kecil wisatawan mancanegara (wisman) di Bali. Namun, peristiwa ini sebenarnya bukan yang kali pertama terjadi, tapi menjadi fenomena laten yang bisa muncul pada masa selanjutnya. Pertengahan 2019, misalnya, beredar rekaman perilaku tidak etis sepasang wisatawan asing di sebuah pura di Bali. Selain itu, pernah terjadi bule mabuk serta membuat onar dan mencederai warga lokal di area Kuta.

Merangkum respons dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ahli pariwisata, serta tokoh masyarakat Bali terkait hal ini, dibutuhkan buku panduan mengenai hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan wisman ketika berada di Bali. Juga harus menindak tegas wisman pelanggar peraturan perundangan (law enforcement), deportasi, serta penguatan peran masyarakat, kepolisian, dan imigrasi. Masyarakat yang mengetahui wisman nakal atau melanggar diharapkan melapor ke kepolisian.

Tahun lalu pemeringkatan travel & tourism development index (TTDI) 2021 oleh World Economic Forum menempatkan Indonesia di peringkat ke-32 dari 117 negara, Thailand di peringkat ke-36, dan Malaysia peringkat ke-38. Prestasi membanggakan ini diharapkan berkorelasi positif dengan jumlah kunjungan wisman yang berkualitas. Nilai terbaik diraih Indonesia di beberapa subindeks, pilar, dan indikator. Di antaranya, pilar price competitiveness, indikator visa requirements (peringkat ke-2), dan hotel price index (peringkat ke-1) (Maulana, dkk 2022).

Wisman yang nakal mendapat celah dengan memanfaatkan kemudahan visa on arrival (VoA) dan harga akomodasi yang murah. Terkait dengan kemudahan VoA, Presiden Jokowi bahkan meminta imigrasi memudahkan pengurusannya, termasuk kemudahan dalam mengurus kartu izin tinggal terbatas dan paspor. Imigrasi merupakan ditjen pelayanan yang berkontribusi pada penerimaan negara. Pelayanan VoA untuk wisata dan Eazy Passport, misalnya, berkontribusi Rp 2,005 triliun terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) 2022.

Sementara itu, lima indikator pada pilar price competitiveness memotret pajak tiket pesawat dan biaya bandara yang menentukan harga tiket penerbangan, biaya hotel dan sewa akomodasi, biaya hidup, serta biaya-biaya lain yang secara langsung memengaruhi biaya perjalanan. Di sini perlu dievaluasi positioning Bali agar tidak tercipta kesan Bali murah dan murahan. Penetapan harga yang lebih tinggi untuk wisman harus diiringi dengan jaminan kualitas yang lebih baik.

Mempertahankan Merek

Bali sebagai merek (Bali is a brand, Mark Hobart, 2015) memungkinkan untuk menjual apa saja. Karena Bali memiliki keunggulan merek untuk menarik kunjungan wisman, diperlukan mekanisme skrining untuk memastikan wisman yang datang minimal tidak melanggar peraturan dan menghormati tradisi Bali. Kita membutuhkan wisman yang benar-benar mencari kebahagiaan dan kedamaian di Bali.

Di ranah yang berbeda, tetapi dapat menjadi ilustrasi dalam konteks mempertahankan merek, kegembiraan pencinta showbiz baru saja dipuaskan dengan kehadiran band rock legendaris asal Inggris, Deep Purple, yang di Asia Tenggara hanya pentas di Indonesia. Pada Jumat (10/3) malam di Solo, dalam perayaan 55 tahun berkarya, Deep Purple kembali sepanggung dengan band legendaris Indonesia, God Bless, yang tahun ini genap 50 tahun berkarya.

Industri pertunjukan memiliki value preposition yang tipikal dengan wisata, yakni menghadirkan kegembiraan. Siapa pun yang datang ke pertunjukan, apalagi menyaksikan musisi idola, pasti bahagia, membawa kesan pengalaman yang menggembirakan. Alasan pencarian kebahagiaan itulah yang mendorong pasar berupaya untuk datang dan hadir di pertunjukan. Dengan motivasi yang sama, wisman rela menempuh perjalanan jauh demi berwisata ke Bali dan mencari kebahagiaan di dalamnya.

Sejak Bali diperkenalkan melalui buku Island of Bali karya Miguel Covarrubias terbitan 1937, masyarakat internasional menyambut dengan apresiasi tinggi dan ingin datang ke Bali. Banyak seniman dan pelukis dunia yang datang, menetap, dan wafat di Bali. Kini, dengan merek yang telah terbangun dengan baik, diharapkan karisma Bali terjaga untuk mendapatkan pasar wisman yang relevan, yakni orang-orang yang datang dengan niat baik untuk mendapatkan kebaikan di tanah Dewata.

Kiranya catur brata penyepian dapat menghadirkan kebaikan-kebaikan bagi Bali, Indonesia, dan seluruh umat manusia. Selamat Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1945. (*)


*) DEWA GDE SATRYA, Dosen Hotel & Tourism Business, School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya

By admin