JawaPos.com – Kematian Ayu Indraswari yang menjadi korban mutilasi membuat kepedihan yang amat mendalam bagi keluarga. Apalagi sebelum ditemukan tewas, ibu dua orang anak itu sempat menghilang sejak Sabtu (18/3).
Seperti diberitakan Radar Kudus (Jawa Pos Group), orang tua Ayu Indraswari, Heri Prasetyo mengaku terakhir bertemu dengan anaknya Sabtu pagi (18/3). Lalu menjelang sore pesan singkat melalui aplikasi Whatsapp sudah tak berbalas.
Hingga akhirnya pria berusia 64 tahun ini mendapatkan kabar tentang anaknya dari Polsek Kraton. Untuk segera menuju RS Bhayangkarta Polda DIJ, Senin dini hari (20/3).
Heri menuturkan anaknya kala itu pamit untuk pergi kerja. Mendiang Ayu meninggalkan rumah sekitar 07.00 hingga 07.30 WIB pada Sabtu pagi (18/3). Sementara jam kerja pada akhir pekan kerap tidak penuh.
“Sabtu pagi masih ketemu, sore tak WA (Whatsapp) sudah enggak aktif. Kalau Sabtu enggak full. Biasanya untuk pergi kemana kurang tau,” jelasnya ditemui di rumah duka kawasan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja, Senin (20/3).
Heri sedikit hafal tentang kebiasaan anaknya saat akhir pekan. Selalu mendatangi rumah makan di kawasan Pakem, Sleman. Kepergiannya kerap bersama teman-teman untuk berburu kuliner.
Menjelang kepergiannya, Heri menuturkan tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Ayu tetap bermain dengan anaknya seusai pulang kerja. Hanya saja Heri mengaku komunikasi terputus saat akhir pekan kemarin.
“Hari Sabtu itu enggak pamit, makanya saya ngebel (komunikasi via telepon). Jam 6, jam 7 (sore) kok enggak pulang tapi udah HP (handphone) off mati,” katanya.
Heri juga mengaku tak bisa menghubungi rekan-rekan anaknya. Ini karena seluruh nomor kontak berada di gawai milik anaknya. Itulah mengapa dia tak mengetahui keberadaan dan informasi tentang anaknya sejak Sabtu (18/3).
Terkait keberadaan gawai anaknya, Heri memastikan tidak ada. Tepatnya hilang bersama kendaraan bermotor milik Ayu. Dia menduga kedua barang ini diibawa oleh pembunuh anaknya.
“Handphone sama sepeda motor saja belum tahu. Jadi mungkin dipakai pembunuhnya. Sepeda motor Scoppy,” ujarnya.
Tentang penjelasan dari pihak dokter, Heri enggan berbicara lebih detil. Dia hanya membenarkan anaknya mengalami luka. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan di RS Bhayangkara Polda DIJ.
Diketahui bahwa Ayu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di Wisma Anggun 2, Pakembinangun, Pakem, Senin dini hari (20/3). Saksi menemukan tubuh Ayu sekitar 00.30 WIB di kamar mandi. Identifikasi awal pembunuhan terjadi Sabtu (18/3). “Penjelasan dari dokter ada. Pokoknya ada, tapi enggak boleh. Yang jelas ada banyak (luka),” katanya.
Dimutilasi jadi 62 Bagian
Dirreskrimum Polda DIJ Kombes Pol Nuredy Irwansyah sebut pelaku mutilasi Ayu Indraswari keji di penginapan kawasan wisata Kaliurang, Sleman, DIY. Terbukti dari aksi mutilasi yang dilakukan pelaku. Terbagi dalam 3 potongan besar yang kemudian terpotong menjadi 62 bagian.
Nuredy menuturkan potongan tubuh terbagi antara tubuh atas dan bawah. Pelaku memisahkan kedua kaki dari tubuh korban. Selain itu adapula luka sayatan senjata tajam pada leher korban Ayu Indraswari.
“Secara tertulis pemeriksaan luar saja bahwasanya korban itu dipotong tiga bagian besar yaitu bagian tubuh dan bagian kedua kaki dan ada beberapa potongan lain yaitu 62 potongan termasuk salah satu kaki yang sampai kelihatan tulang,” jelasnya ditemui di Mapolda DIJ, Selasa (21/3).
Untuk luka sayatan pada leher sepanjang 20 centimeter. Selain itu juga memiliki lebar 4 centimeter dan kedalaman 9 centimeter. Nuredy menduga luka awal ini yang membuat korban Ayu Indraswari meregang nyawa.
“Hasil pemeriksaan dokter bahwasanya mengatakan kematian disebabkan oleh adanya luka di leher yang mana luka tersebut panjangnya 20 centimeter, lebar 4 centimeter, kedalaman 9 centimeter. Itu yang mengakibatkan pendarahan dan meninggal dunia,” katanya.
Walau begitu, pihaknya tetap menunggu hasil otopsi. Ini guna melengkapi berkas penyidikan kasus mutilasi. Prediksinya hasil ini akan keluar dari 3 hingga 7 hari kedepan.
Pemeriksaan ini juga mengetahui senjata tajam yang digunakan. Diketahui polisi mengamankan tiga jenis senjata tajam. Mulai dari pisau komando, pisau cuter dan gergaji. Ketiganya ditemukan di kamar wisma tempat korban dan pelaku menginap.
“Nanti untuk hasil otopsi lengkapnya. Otopsi sudah dilaksanakan namun tentunya pihak dokter butuh waktu untuk menganalisa dan kemudian menuangkan dalam suatu laporan otopsi yang waktu diperkirakan 3 sampai 7 hari,” ujarnya.
Dari penyelidikan awal, potongan tubuh korban tergolong lengkap. Dalam artian belum ada yang hilang meski telah terpotong. Termasuk untuk organ tubuh bagian dalam.
“Sesuai dengan keterangan dokter tidak ada organ dalam yang hilang, pemeriksaan luar mengatakan tidak ada organ dalam yang hilang. Posisi terutama bagian kaki itu terlihat tulang,” pungkasnya.