Seminar Kedokteran Pendakian Pertama di Indonesia
JawaPos.com – Kegiatan mendaki gunung semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Namun, angka kecelakaan dalam pendakian juga kian meningkat karena minimnya pemahaman atau pengetahuan tentang keselamatan pendakian yang dimiliki para pendaki.
Karena itulah, platform edukasi Dokter Pendaki berkolaborasi dengan Kelompok Pengkaji Lingkungan Aesculap (KPLA) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) mengadakan Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2023 di Surabaya kemarin (19/3). Seminar nasional kedokteran pendakian pertama di Indonesia itu pun menghadirkan para profesional di bidang medis dan outdoor adventure.
Chairman IMMS 2023 dr Reyner Valiant Tumbelaka MKed Klin SpOT menuturkan, simposium kedokteran pendakian ini bertujuan menjembatani penggiat outdoor adventure dengan dunia kedokteran. Para profesional di bidang medis yang dilibatkan pun memang selektif yang mengerti tentang alam. Bukan hanya itu, ada juga para profesional di outdoor adventure.
”Selama ini Indonesia belum memiliki profesional di bidang kedokteran pendakian. Nah, kami mengawali dengan menggelar IMMS 2023,” katanya kepada Jawa Pos kemarin.
Setidaknya 500 peserta dari kalangan pencinta alam dan masyarakat umum hadir, baik secara offline maupun online.
Dokter Larona Hydravianto SpOT (K), salah seorang narasumber, mengungkapkan bahwa risiko trauma spine yang paling banyak terjadi saat pendakian gunung adalah regio cervical (leher). Sebab, tulang leher adalah bagian dengan mobilitas tinggi sehingga mudah terjadi trauma. Bahkan, persentasenya mencapai 55 persen.
”Kemudian, risiko regio thoracal, regio thoracolumbal, dan regio lumbosacral masing-masing persentasenya 15 persen,” paparnya saat mengisi materi tentang cedera leher dan tulang belakang di alam bebas.
Rocky Gerung, dosen filsafat sekaligus pengamat politik yang doyan mendaki, turut mengisi materi.
Reyner berharap IMMS menjadi langkah awal untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang keselamatan pendakian. Mulai kejadian-kejadian berkaitan tentang kecelakaan di gunung, masalah kesehatan, hingga mitos-mitos yang harus diluruskan.
”Banyak pendaki gunung pemula yang ikut-ikutan sekadar untuk konten. Mereka tidak memikirkan outfit yang tepat, tidak paham jalur pendakian dan keselamatannya. Ini yang perlu diedukasi,” tandasnya.