Tiga putri Atlas –Hespera, Kalypso, dan Anthea– turun ke bumi. Mereka berusaha merebut kembali kekuatan yang dicuri Shazam dari ayahnya. Shazam! Fury of the Gods menampilkan nemesis Black Adam dalam versi yang lebih kelam.
—
MEMASUKI masa remaja, Shazam bersaudara –Billy, Freddy, Eugene, Pedro, Mary, dan Darla– berubah. Hubungan mereka merenggang. Masing-masing punya kesibukan. Aksi mereka sebagai geng superhero pun kurang baik. Mereka dijuluki tukang bikin onar oleh masyarakat Philly karena menuntaskan masalah dengan masalah baru.
Di tengah kekacauan itu, Billy (Asher Angel/Zachary Levi) mendapat ’’isyarat” mimpi dari Sang Penyihir atau Shazam pertama (Djimon Hounsou). Dia diwanti-wanti untuk waspada terhadap para putri Atlas. Mimpi itu begitu cepat terwujud. Anthea (Rachel Zegler), bungsu dari ketiga putri Atlas, mewujud sebagai manusia. Dengan campur tangannya, Freddy (Jack Dylan Grazer/Adam Brody) kehilangan kekuatan Shazam-nya.
Situasi makin runyam ketika dua kakak Anthea, Hespera (Helen Mirren) dan Kalypso (Lucy Liu), muncul. Keduanya datang bersenjata tongkat sihir Shazam. Mereka kembali bukan cuma untuk mencuri kembali kekuatan sang ayah yang dicuri geng Shazam. Tiga bersaudari itu juga memburu benih kehidupan.
Kekacauan tak terhindarkan. Monster-monster langit turun ke bumi. Geng Shazam kehilangan kekuatannya. Para saudari putri Atlas juga terpecah belah. Kemelut memuncak jelang kemenangan Billy. Dia harus memilih: menyelamatkan kota tapi mati atau tetap hidup bersama keluarganya di tengah Kota Philly yang hancur.
Shazam! Fury of the God menjiwai pepatah the more, the merrier. Film besutan David F. Sandberg itu ibarat ’’festival”. Mereka memperkenalkan tokoh-tokoh baru dan menampilkan wajah-wajah familier dari jagat film-serial DC Comics. Monster-monster dari mitologi Yunani, mulai yang raksasa serupa Cyclops hingga unicorn gotik, bermunculan hampir sepanjang paro kedua film.
Sayang, kemeriahan itu membuat Shazam! 2 kehilangan fokus. Beberapa karakter sangat dua dimensi dan tidak mendapat porsi cerita. Dengan begitu, mereka terasa seperti tempelan belaka. Belum lagi, beberapa efek visual dan CGI yang kurang halus. Film itu pun masih kurang ’’menggigit” bila dibandingkan Shazam!. Untungnya, tim produksi dan keluarga besar cast masih menjaga pesona kekanakan, bebas, dan liar dari film pertamanya.
Sutradara David F. Sandberg tidak menampik, rilis Shazam! 2 diwarnai drama. Film tersebut menjadi rilisan pertama pasca perombakan besar DC Studios tahun lalu. ’’Untungnya, Shazam adalah ’anak’ yang punya tempatnya sendiri. Jadi, segala perubahan itu sebatas dia amati. Kami bersyukur, perubahan ini tak begitu berdampak pada kami,” tegasnya dalam wawancara dengan Gizmodo.
Sineas asal Swedia itu menjelaskan keputusannya memperkenalkan trio putri Atlas sebagai villain. Sandberg mengatakan awalnya ingin menggabungkan Hespera, Kalypso, dan Anthea dengan Mister Mind dan Sivana, duo villain di film pertama. Namun, karena tak ingin terlalu ramai, dia memutuskan fokus pada tiga bersaudari itu.
’’Mereka dan Shazam punya benang merah. Yakni, sama-sama mewarisi kekuatan dari dewa Yunani. Aku yakin, akan masuk akal jika para putri Atlas hadir dan berusaha melawan Shazam atas alasan itu,” imbuhnya.
Film itu dibuat dengan tone yang sangat berbeda ketimbang film sebelumnya Shazam! (2019). Jika yang pertama terlihat sangat childish, ceria, dan konyol, film yang terbaru ini terasa lebih gelap dan punya nuansa kelam seperti Black Adam.
Zachary Levi menuturkan bahwa pada dasarnya, film ini menjadi pembuka cerita tentang Shazam, Superman, dan Black Adam. Dalam dunia DC Comics, Levi menyebut Shazam dan Black Adam itu seperti Batman vs Joker. Namun, kemunculan Black Adam yang diperankan Dwayne Johnson tahun lalu membuat banyak fans DC bertanya sekaligus berharap.
Apalagi, dalam post-credit scene Black Adam, Superman muncul dan terkesan akan menantang Juara Para Dewa tersebut. Fans ingin proyek DC Universe itu bisa sesuai harapan mereka. Terutama pertarungan dua jagoan yang sama-sama harus berucap ’’Shazam” untuk menjadi superhero tersebut.
TRIVIA
– Lucy Liu merasa kecewa tidak mendapat tawaran berakting di film superhero lebih awal. Pasca Shazam!, dia mengaku mendapat beberapa tawaran proyek baru.
– Jika bisa memilih tandem superhero untuk filmnya, Zachary Levi ingin menggandeng skuad Green Lantern.
– Pemeran Hespera, Helen Mirren, mengaku, salah satu jarinya patah karena nekat melakukan adegan stunt sendiri.
– Rachel Zegler menerima tawaran Shazam! 2 karena sepi job. Zegler menceritakan, ketika tawaran masuk, West Side Story belum rilis sehingga dia kesulitan untuk mengikuti casting.
– Rilis Shazam! 2 sempat menuai protes fans lantaran tidak tersedia di format 3D. Padahal, film pertamanya ditayangkan dalam format itu. Mereka menilai DC Studios ’’pilih kasih” dan memprioritaskan film lain seperti The Flash atau Aquaman 2.
SHAZAM! FURY OF THE GODS
Durasi: 130 menit
Rating sensor: R13+
Sutradara: David F. Sandberg
Penulis naskah: Henry Gayden, Chris Morgan
Pemeran: Zachary Levi, Asher Angel, Jack Dylan Grazer, Rachel Zegler, Adam Brody, Ross Butler, Meagan Good, Lucy Liu, Helen Mirren, Djimon Hounsou
CATATAN
Ada dua video ekstra yang patut ditunggu. Pertama, di tengah credits dan yang kedua ditayangkan setelah seluruh credits selesai.