JawaPos.com – Ada banyak ruang diplomasi untuk melawan tindak kekerasan seksual terhadap perempuan. Selain turun ke jalan, menggelar pentas monolog juga lebih mengena. Ruang-ruang itu berlangsung di dalam negeri maupun di kancah internasional.

Kelompok seni Regina Art pun membawa misi itu untuk melakukan diplomasi perlawanan terhadap kekerasan seksual. Dengan momentum Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day, mereka menggelar pertunjukan di Chicago, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (17/3. Sebelumnya pentas serupa digelar di New York pada Kamis (9/3).

Joane Win, pengelola Regina Art, mengatakan pementasan teater itu menjadi sarana diplomasi yang baik dalam mengangkat nama Indonesia ke dunia Internasional.

Di panggung monolog Cotton Candy, Joane Win menampilkan karakter Lisa, seorang penyintas kekerasan seksual secara mendalam. Karakter Lisa digambarkan tengah berjuang mengatasi traumanya di sebuah lembaga kesehatan mental. Di lembaga itu fasilitas yang memadai ternyata tidak serta merta dapat menyembuhkan luka batin yang dia rasakan.

Sebab, pada kenyataanya masih banyak korban kekerasan seksual yang tidak mampu menjangkau fasilitas kesehatan atau tidak mendapatkan pendampingan dari psikolog.

“Kami berharap kisah Lisa ini dapat mendorong banyak pihak untuk lebih memberikan dukungan bagi pemulihan mental korban kekerasan seksual, sesuai dengan kondisi masing-masing korban. Para korban membutuhkan penanganan yang tepat, dan harapan hidup yang masih panjang,” ujar Joane, Sabtu (18/3).

Regina Art mementaskan karya hasil saduran dari Ruang Arumanis yang mengeksplorasi tema kekerasan seksual terhadap perempuan dalam suatu peristiwa kerusuhan. Perempuan masih menjadi kelompok rentan mendapat kekerasan seksual. Dalam proses penegakan hukum pun seringkali mengabaikan kesehatan mental para penyintas.

Penampilan dan misi dari Regina Art di Chicago mendapat apresiasi dari Alicia Katrina Hartono, generasi keempat dari Group Djarum. Kebetulan saat ini Alicia Katrina Hartono meneruskan pendidikan Manufacturing and Design Engineering di Chicago.

“Ini kali pertama saya menonton monolog yang sangat intens. Tema yang diangkat Cotton Candy. Ini sangat penting mengenai korban kekerasan seksual. Cara Joane Win dalam mengeksplorasi panggung saat menyampaikan cerita juga sangat efektif. Sebagai orang Indonesia saya ikut bangga,” ujar Alicia.

Michelle Tedja, mahasiswi dari University of Illinois Chicago, menyatakan bahwa pesan cerita Cotton Candy dangat kuat. “Sangat ekpresif. Di Indonesia sering dengar banyak cerita tentang peristiwa kerusuhan saat itu, saya takut, dan mungkin tadi saat menonton saya jadi teringat lagi cerita-cerita itu jadi saya sempat menangis dan pergi keluar untuk menenangkan diri. Dan saya sangat suka dengan akting Joane Win,” ujar Vice President for Permias Chicago itu.

By admin