Elegi Seorang Ayah yang Dilanda Sakit Tua
Andai mampu bertukar peran dengan anak lelaki di medan perang,
tentulah tiada gundah di dalam hati yang jua menyiksa ini badan.
Anak kehilangan orang tua ialah kehilangan masa silam terkenang;
orang tua kehilangan anak ialah kehilangan hari-hari masa depan.
(2019–2023)
—
Elegi Seorang Ibu yang Menemani Suami yang Sedang Sakit Tua
Apalah guna emas, perak, dan jua banyak permata, pabila di hari tua
tiada putra yang temani serta berkenan bantu berdagang palawija.
Rumah yang tiada bocor, semangkuk hangat nasi, jua bersih selimut;
sudahlah lebih dari cukup asalkan bersama anak berbakti-penurut.
(2019–2023)
—
Elegi Seorang Adik Perempuan
Di tiap pagi, bangun pertama kali, lantas membuka pintu-jendela;
berharap jadi yang pertama lihat bayang kedatangan dari kejauhan.
Akan tetapi, kabut masih sahaja hanya beri bayang dari pohonan;
semoga sahaja, esok pagi, kakak kan datang dan berkata: Aku tiba!
(2019–2023)
—
Elegi Seorang Kakak Perempuan
Setiap malam, duduk menanti di ruang tamu, di dekat pintu;
harapkan adik lelaki dapat selamat dan segera sahaja kembali.
Sering sekali mengigau ayah dan ibu sesekali jua si bungsu;
betapa suara hujan mirip langkah kaki dari adik lelaki sendiri.
(2019–2023)
—
Elegi Seorang Ibu yang Ditinggalkan Anak Lelakinya
Ah! bibirnya, belum sempat mencium manis bibir gadis;
belum sempat melukis tanda di leher yang manis.
Tangannya belum sempat menggenggam tangan lembut;
dan, membawanya memandang senja di tepi laut.
—
(2018–2020)
Perjumpaan dengan Anak Lelaki di Dalam Mimpi
Di dalam mimpi, arwah anak lelaki datang-menjumpai:
sampaikan tiada mengapa, tiada perlu ibu berduka hati.
Arwah anak peluk, mencium pipi begitu lembut dirasa;
hingga timbullah pinta supaya tiada pergi ke jauh Sana.
(2020–2023)
—
POLANCO S. ACHRI
Lahir di Jogjakarta, Juli 1998. Seorang lulusan jurusan sastra yang kini menjadi seorang pengajar di sebuah SMK di Sleman.