Biji klabet yang memiliki aroma dan rasa spesifik dikenal sebagai bumbu masakan kari India. Dalam sistem pengobatan Ayurveda, biji dan bagian tanaman lain sudah digunakan sejak lama, termasuk untuk kesehatan wanita. Biji klabet juga menjadi bagian dari beberapa ramuan obat asli Indonesia. Salah satunya ramuan untuk perempuan sehabis melahirkan, yakni guna memperlancar pengeluaran air susu ibu.

TANAMAN asalnya bernama ilmiah Trigonella foenumgraecum dari suku Fabaceae. Dalam bahasa Inggris disebut fenugreek. Sementara itu, orang India menyebutnya methi. Tanaman itu tumbuh tegak, menahun, dan tingginya mencapai 40–80 cm. Biji berbentuk khas, yaitu persegi empat dengan warna cokelat kekuningan dan keras. Berukuran 2,5–6 mm dengan tebal 2 mm. Serbuk biji berbau rempah kuat dan khas. Ada rasa khas seperti ’’maple syrup’’.

Menurut informasi, tanaman itu berasal dari kawasan India dan Afrika Utara. Kini banyak dibudidayakan di Afrika Utara, India, Asia Selatan, Argentina, Australia, hingga Indonesia. Produsen terbesar biji klabet adalah India.

Klabet kaya akan protein konsentrasi tinggi yang tersusun dari asam amino esensial lisin dan triptofan. Keduanya adalah protein yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia, jadi perlu didapat melalui asupan dari luar tubuh. Ada zat bioaktif flavonoid dan alkaloid trigonelline. Ada kandungan glikosida yang melalui hidrolisis menghasilkan sapogenin steroid diosgenin, yamogenin, tigogenin, dan neotigogenin. Kandungan vitamin A, C, tiamin, asam folat, riboflavin minyak atsiri, dan sumber zat besi yang potensial. Serat larut dan tidak larut pada biji klabet cukup banyak. Kandungan gum yang tersusun atas galaktose dan manose berperan pada penurunan kadar gula dan lemak darah.

Potensi untuk kesehatan pada pengobatan tradisional Tiongkok dan India, antara lain, sebagai demulcent, pelancar sekresi air susu ibu, stimulan, dan pencahar. Orang Tiongkok menggunakannya untuk membantu penghancuran batu ginjal. Pada zaman Romawi kuno, klabet digunakan untuk membantu kelancaran proses kelahiran bayi, mengatasi kram saat haid, dan sebagai tonik. Masyarakat Mesir hingga kini masih menggunakan biji klabet untuk memperlancar pengeluaran air susu ibu. Selain itu, ada pemakaian pada wanita untuk mengatasi nyeri haid dan gejala setelah menopause.

Penurun Gula Darah

Biji klabet menjadi populer, salah satunya karena khasiatnya sebagai penurun kadar gula. Penelitian untuk membuktikannya cukup banyak dan hasilnya mendukung khasiat itu. Salah satunya ditulis oleh peneliti Malaysia dalam artikel ulasan terbaru tahun 2022. Ada studi pada tikus yang dibuat mengalami diabetes, lalu diberi zat polifenol kandungan biji klabet.

Hasilnya, terjadi perbaikan pada sensitivitas dan kerja insulin jika dibandingkan tikus yang diberi obat antidiabetes metformin. Ada uji tikus yang diberi serat yang dikandung biji selama 28 hari. Terjadilah penurunan serum glukosa dan peningkatan glikogen liver.

Hasil tersebut membuktikan telah terjadi efek antidiabetik karena penghambatan proses pencernaan, penyerapan karbohidrat, dan peningkatan insulin perifer. Studi lain pada tikus mempelajari pemberian kombinasi obat antidiabetik metformin dan ekstrak klabet. Hasilnya, kombinasi itu menjadi cara yang sangat berguna dalam mengendalikan kadar gula pada pasien diabetes. Penyebabnya antara lain karena meningkatnya proses pharmacokinetic metformin di dalam tubuh.

Efek Hormonal untuk Perempuan

Efek hormonal pasti menarik perhatian peneliti. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa fitoestrogen pada biji klabet. Yakni, senyawa yang berkhasiat seperti hormon estrogen dalam tubuh. Bila kadar hormon itu tidak cukup atau tidak seimbang dalam darah, terjadilah berbagai gangguan pada sistem reproduksi wanita. Contohnya, nyeri haid dan keropos tulang.

Sebuah studi dilakukan pada remaja putri melalui pemberian ekstrak biji klabet untuk mengatasi nyeri haid. Relawan yang dipilih tidak memiliki masalah kesehatan pada daerah pinggul. Hasilnya menunjukkan terjadinya penurunan tingkat rasa nyeri yang sangat signifikan. Juga, rasa nyeri berlangsung dalam waktu lebih singkat.

Menurunnya hormon estrogen pada wanita menopause mengganggu proses pembentukan tulang. Inilah yang menyebabkan pengeroposan tulang akibat gangguan kepadatan tulang. Sebuah studi dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak biji klabet yang mengandung fitoestrogen pada pembentukan tulang. Percobaan itu dilakukan pada hewan coba yang dibuat mengalami kekurangan estrogen. Ternyata, hasilnya menunjukkan kemampuan ekstrak dalam menjaga kekuatan dan kelancaran proses pembentukan tulang.

Pemakaian biji klabet untuk meningkatkan air susu ibu sudah berlangsung sejak lama. Tapi, studi ilmiah belum memberikan hasil yang memberikan dukungan seperti yang diharapkan. Ada hasil yang menunjukkan peningkatan kadar lemak air susu, ada pula yang menunjukkan peningkatan berat badan lebih cepat pada bayi hewan coba yang disusui induknya. Selain itu, ada hasil studi yang menunjukkan meningkatnya hormon oksitosin yang berperan pada proses pembentukan air susu ibu. Namun, studi lanjut masih diperlukan untuk mendapatkan hasil lebih akurat. (*)

AMANKAH MENGONSUMSI BIJI KLABET?

– Aman digunakan selama dalam takaran seperti pemakaian sebagai bumbu masak.

– Pemakaian dalam dosis tinggi belum diketahui. Karena itu, tidak disarankan sebagai suplemen pada anak.

– Efek samping yang mungkin terjadi adalah diare, mual, muntah, dan sakit kepala.

– Dosis tinggi bisa menyebabkan penurunan kadar gula yang berbahaya. Juga, tidak aman bagi wanita hamil dan menyusui.

Cara penggunaan:

– Untuk bahan rempah, biji dapat disangrai hingga kecokelatan sebelum digunakan sebagai bumbu.

Untuk minuman:

– Satu sendok teh biji klabet dalam gelas, tambahkan air panas, biarkan selama 10 menit.

– Saring dan tambahkan sedikit lemon dan madu bila suka.

– Nikmati secangkir teh biji klabet secara teratur.

Dari berbagai sumber

KAMUS HERBAL

Demulcent: Zat/bahan yang bertekstur seperti perekat yang dapat dioleskan pada daerah kulit yang luka.

Pharmacokinetics: Aktivitas obat dalam tubuh selama periode tertentu (proses penyerapan obat, distribusi dalam jaringan tubuh, dan proses pengeluaran sisa obat).


Oleh Prof Dr Apt MANGESTUTI AGIL MS, Guru besar botani farmasi dan farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Youtube: Kanal Kesehatan Prof Mangestuti

By admin