JawaPos.com – Presiden Vladimir Putin mengklaim ekonomi Rusia berkembang dengan cara baru, di tengah gempuran sanksi Barat. Berbicara di kongres Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia (RUIE) di Moskow, Kamis (16/3), Putin berterima kasih kepada para pengusaha, perusahaan, dan pekerja atas kontribusi mereka terhadap pembangunan negara.
Putin mencatat bahwa RUIE secara aktif terlibat dalam agenda nasional dan memiliki pandangan, pendapat, dan proposal sendiri, yang sangat penting pada saat ekonomi Rusia mulai berkembang menurut model baru sebagai tanggapan terhadap sanksi.
Dia mengatakan Rusia mengalami penurunan maksimum dalam produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,7 persen pada Juni 2022.
“Alasan untuk ini sudah diketahui, yaitu perang sanksi dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam ekonomi dan perdagangan global serta dalam sistem hubungan internasional secara keseluruhan,” kata Putin.
Dia pun menegaskan bahwa bukan Rusia yang menciptakan masalah-masalah tersebut. “Ini adalah tantangan yang belum pernah dihadapi Rusia atau negara lain mana pun di dunia dalam sejarah modern,” ungkap Putin.
Putin mencatat bahwa Rusia mengetahui orang-orang yang memberikan saran tentang sanksi kepada para penghukum Moskow. Dia merujuk pada para taipan yang mengumpulkan kekayaan mereka di Rusia, tetapi kemudian meninggalkan negara itu dan sekarang tinggal di Barat.
“Kita tahu ada orang-orang yang menasihati musuh kita tentang bagaimana dan di mana memukul kita lebih keras. Namun, mereka yang telah tinggal di sini dan benar-benar bekerja terbukti lebih pintar, lebih kuat, dan efektif daripada mereka yang pergi dan memberikan nasihat seperti itu kepada musuh kita,” kata Putin kepada pebisnis Rusia.
Sejak periode tersulit, ekonomi Rusia telah beralih ke pertumbuhan. Di antara faktor-faktor yang mendorong perbaikan tersebut, ujar Putin, yaitu perluasan perdagangan luar negeri, peningkatan permintaan domestik, dan penurunan inflasi, yang diperkirakan pada level 4-5 persen pada Maret.
Dia pun memaparkan bahwa secara keseluruhan, perdagangan luar negeri Rusia pada 2022 melonjak 8,1 persen menjadi USD 850 miliar (sekitar Rp 13.045,8 triliun), termasuk ekspor hampir 20 persen dan impor menurun hampir 12 persen. Rusia juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 332 miliar (sekitar Rp 5.095,5 triliun) atau 70 persen lebih banyak dibandingkan pada 2021.
Mengenai prakiraan panen yang buruk di Barat karena kekeringan, Putin mengatakan jika tidak ada sanksi terhadap pupuk Rusia, petani Eropa dapat menggunakannya untuk meningkatkan hasil panen mereka. Putin juga mengatakan bahwa kepergian perusahaan-perusahaan Barat membuka kemungkinan bagi bisnis Rusia dan dia meminta para pengusaha untuk menggunakan kesempatan tersebut.
Putin menambahkan bahwa untuk pertumbuhan ekonomi perlu dibangun fasilitas produksi, membuka usaha baru, dan menciptakan lapangan kerja di seluruh negeri. “Saya sangat menyadari ancaman yang muncul. Saya tahu apa yang dikatakan para musuh kepada kita, bahwa Rusia akan menghadapi masalah dalam jangka menengah,” ujar Putin.
Putin mengatakan bahwa untuk menghindari skenario negatif, masalah logistik, keuangan, infrastruktur, dan teknologi perlu ditangani. Dia juga menawarkan untuk menetapkan penghargaan tahunan bagi perusahaan domestik yang paling bertanggung jawab dan mengumumkan kepada publik mengenai cara-cara untuk perusahaan berkontribusi pada pengembangan sektor mereka.