JawaPos.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melanjutkan Program Kampanye Sadar Wisata 5.0. Setelah tahapan sosialisasi, pelatihan, serta pembuatan proposal, 11 desa wisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini bersiap memasuki tahap pendampingan.
11 desa wisata ini mengikuti Biannual Tourism Forum (BTF) untuk memaparkan program pengembangan pariwisata yang akan dilaksanakan di desa masing-masing. Desa Wisata berasal dari 4 wilayah, yakni Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, serta Lombok Barat.
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, di Indonesia terdapat 85 ribu desa, sekitar 7.500 di antaranya memiliki potensi wisata.
“Kami mengajak mitra kolaborasi dari pemerintah, dunia usaha, swasta, komunitas dan media, institusi pendidikan, KKN-KKN, yang akan kita arahkan ke desa wisata untuk memastikan keberlanjutan dari program desa wisata ini,” kata Sandi kepada wartawan, Kamis (16/3).
Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Martini M. Paham mengajak desa-desa yang telah terpilih supaya memanfaatkan dan memaksimalkan kesempatan dengan baik. Sehingga program menjadi tepat sasaran.
Martini mengatakan, pariwisata adalah industri yang pertama kali terpuruk karena pandemi Covid-19. Kini perlahan pariwisata mulai bangkit kembali.
“Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi,” kata Martini.
Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf, Florida Pardosi menekankan kembali pentingnya membangun kolaborasi seluruh unsur pentahelix dalam ekosistem pengembangan desa wisata. Sebab, butuh kerja sama antar lini.
“Pada pertemuan ini, kami sampaikan kepada para stakeholder bahwa kami tidak mampu melakukan (pengembangan seluruh desa wisata) sendirian, kami butuh kita sama-sama bekerja supaya bisa membantu menjadikan desa wisata sebagai destinasi yang bisa ditawarkan Indonesia,” ucap Florida.
Yani Aji Sujana, perwakilan desa wisata Sekotong Barat, Lombok Barat menuturkan, meski masih merupakan desa rintisan, namun warga dan pelaku pariwisata bertekad menjalin kerja sama untuk mengembangkan pariwisata. Di antaranya, karena desa merupakan penghasil emas, perak, dan mutiara; maka akan lebih didorong supaya bernilai jual.
“Untuk daya tarik agar wisata datang, ada sport diving dan snorkeling di 3 gili. Selain itu, kami akan mengembangkan UMKM oleh-oleh khas dari limbah kulit kerang. Yang paling unik, terdapat daya tarik wisata yang dikemas dengan pendekatan story telling yang dapat dijual sebagai penutup paket wisata ke 3 gili tersebut,” tuturnya.
Sedangkan Malik Abdul Aziz dari Desa Kuta Mandalika, Lombok Tengah menyampaikan sebagai program jangka pendek, pihaknya akan mengoptimalisasi digital marketing sebagai sarana promosi wisata.
“Untuk jangka panjang yaitu Kampoeng Nelayan di Pantai Benjon dengan pasir menyerupai merica dan pepohonan di tepi pantai sebagai USP (unique selling point). Tentu kami akan menggandeng para travel agent di sana,” tandasnya.