Prof Dr Mochamad Nursalim MSi mempelajari hipnoterapi sejak 10 tahun lalu. Dari keahliannya, ribuan pasien berhasil dibantu mengatasi berbagai permasalahan. Mulai depresi berat hingga trauma korban pelecehan seksual.

DIAN WAHYU PRATAMA, Surabaya

PAGI itu (14/3) Mochamad Nursalim telah berada di ruang Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa. Sebelum beranjak ke ruang kelas, notifikasi pesan muncul di handphone. Kabar kesembuhan ayah seorang mahasiswi dari stres berat menjadi kebahagiaannya pagi itu. ’’Mendengar kabar kesembuhan jadi kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan uang,” ungkap dekan FIP Unesa itu kemarin (14/3).

Sejak 10 tahun lalu, Nursalim menerima banyak pesan atau telepon mengenai kesembuhan para pasiennya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai kalangan mahasiswa, pegawai, pengusaha, hingga buruh. Ketika memberikan terapi, tidak ada ketentuan tarif.

Bahkan, dia sering kali menggratiskan biaya terapi. ’’Niatnya hanya membantu pasien,” tambah Nursalim.

Banyak cerita menarik ketika menangani permasalahan pasien. Pada awal 2013 misalnya, seorang mahasiswi program pendidikan profesi guru (PPG) yang takut pada ayam goreng menjadi pasien pertamanya. Ketakutan tersebut telah terjadi selama 16 tahun, selama itu mahasiswi tersebut tidak pernah makan ayam goreng.

Setelah didalami, ternyata mahasiswi tersebut mempunyai trauma di masa lalu saat umur 4 tahun. Kejadiannya saat berada di rumah sang nenek, mahasiswi itu dikejar oleh induk ayam dan dipukul oleh neneknya karena bermain anak ayam sampai mati.

’’Sejak saat itu, mahasiswi tersebut takut pada ayam. Sampai tidak pernah ke warung yang ada ayamnya,” terang dosen jurusan BK itu. Akhirnya, dilakukan hipnoterapi menggunakan teknik conversation ego state. Dari situlah, mahasiswi tersebut berhasil sembuh dari trauma ayam. Hingga tidak takut dan bisa makan ayam secara normal. Dalam sehari, mahasiswi PPG itu bisa makan tiga kali ayam goreng.

Nursalim mengungkapkan sering menangani trauma korban pelecehan seksual. Misalnya, seorang mahasiswi yang pernah disetubuhi oleh pamannya sendiri. Dampaknya, mahasiswi itu selalu menghindar dan takut saat bertemu sang paman. Melalui teknik forgiveness (memaafkan masa lalu) dan conversation ego state, mahasiswi tersebut sembuh dari traumanya. Hingga tidak takut lagi saat bertemu sang paman.

Cerita menarik lainnya datang dari sepasang suami istri yang mengaku selama satu tahun menikah belum bisa berhubungan. Dari cerita yang digali oleh dekan FIP Unesa itu diketahui, sang istri mengalami vaginismus (pengencangan otot di sekitar vagina secara tidak sadar).

Setelah dicari penyebabnya melalui hipnoterapi, ternyata istri tersebut mengalami trauma pernah dilecehkan oleh kakak tingkatnya saat berusia 4 tahun. ’’Kejadian itu tidak pernah ada yang tahu,” terang Nursalim kemarin (14/3).

Perlu tiga sesi terapi untuk menyembuhkan trauma istri tersebut hingga berhasil dan dapat berhubungan normal dengan sang suami. Diketahui saat ini melalui media sosial sang istri, pasangan tersebut telah memiliki tiga momongan.

Banyaknya permasalahan di masyarakat yang tidak bisa diselesaikan dengan teori psikologi membuat Nursalim membulatkan tekad belajar hipnoterapi pada akhir 2012. Selama sebulan, dosen 55 tahun itu mengikuti pelatihan hipnoterapi hingga mendapatkan sertifikat CH (certified hynotist) dan CHt (certified hypnotherapist).

By admin