JawaPos.com–Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta mengeluarkan guguran lava pijar 11 kali. Jarak luncur lava pijar itu mencapai 1.200 meter pada Kamis (16/3).
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso menjelaskan, berdasar pengamatan pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, guguran lava pijar itu meluncur ke arah barat daya.
”Teramati 11 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur 1.200 meter ke barat daya,” terang Agus Budi Santoso seperti dilansir dari Antara.
Selama periode pengamatan itu, menurut BPPTKG, Gunung Merapi juga mengalami 16 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-35 mm selama 24,4-166,8 detik, tujuh kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-6 mm selama 5-7,6 detik, satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 62 mm selama 8,3 detik, dan gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 6 mm selama 11,7 detik.
Menurut Agus Budi Santoso, asap kawah tebal di atas puncak Merapi teramati selama pengamatan. Pada periode pengamatan Rabu (15/3) pukul 18.00-24.00 WIB, Gunung Merapi tercatat tiga kali meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 1.300 meter ke arah barat daya.
Selain itu, lanjut dia, guguran lava juga terpantau sebanyak 49 kali dengan jarak luncur 1.500 meter ke barat daya.
”BPPTKG masih mempertahankan status siaga atau level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam,” ujar Agus Budi Santoso.
Potensi bahaya saat ini, menurut dia, berupa guguran lava dan awan panas guguran. Yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak dan Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak. Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.
”Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak,” ucap Agus Budi Santoso.
Dia menambahkan, BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di alur sungai berhulu Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.