JawaPos.com – Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jatim tengah mempersiapkan keberangkatan calon jemaah haji (CJH) embarkasi Surabaya. Dipastikan, jumlah CJH yang berangkat mencapai 36.928 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.152 CJH di antaranya berasal dari Jatim. Sisanya adalah calon jemaah yang berasal dari Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain itu, ada 410 petugas yang bakal melakukan pendampingan bagi para CJH. Mereka telah menjalani pelatihan. ”Seluruhnya terbagi menjadi 82 kloter (kelompok terbang, Red),” kata Kakanwil Kemenag Jatim Husnul Maram kemarin (15/3).
Sejauh ini, kata Husnul, kuota CJH untuk Jatim pada keberangkatan tahun ini sudah resmi. Hanya, masih ada potensi terjadi perubahan. ”Semua bergantung pemerintah pusat,” katanya.
Saat ini penambahan kuota haji untuk Jatim memang cukup penting. Mengingat masa antrean CJH di Jatim yang cukup lama. Berdasar perhitungan terbaru, rata-rata sudah mencapai 35 tahun.
Di sisi lain, tantangan pelaksanaan ibadah haji tahun ini memang cukup besar. Sebab, ada sejumlah perubahan regulasi dibandingkan tahun 2022. Yang berpotensi jadi bahan pertanyaan CJH adalah pengurangan sejumlah komponen. Misalnya, jatah makan di Makkah yang semula mendapat 3 kali sekarang menjadi 2 kali. ”Selain itu, uang living cost yang semula 1.500 riyal menjadi 750 riyal,” katanya.
Selain itu, banyak CJH asal Jatim yang berstatus lansia. Berdasar data, jumlahnya mencapai 1.758 orang. Dengan begitu, mereka perlu pendampingan khusus. ”Tantangan lainnya terkait penggunaan aplikasi Bio Visa. Ini juga perlu pendampingan,” kata Husnul.
Persiapan keberangkatan haji juga sudah dimulai kantor Kemenag kabupaten/kota di wilayah Jatim. Di Banyuwangi, Kemenag setempat sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan maupun imigrasi.