JawaPos.com – Warga Nahdlatul Ulama (NU) memperingati haul KH Hisyam Abdul Karim atau lebih dikenal Mbah Hisyam yang ke-34. Mbah Hisyam ini memiliki andil besar bagi Nahdhliyin pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Mbah Hisyam mendirikan Pondok Pesantren Roudlotus Sukawarah Sholichin Sholichat pada 1929 bukan hanya untuk sekadar dakwah. Dia menjadikannya sebagai tempat pengaderan para pejuang. Selain mengaji, sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse dan juga pertolongan pertama saat kecelakaan.
Putra menantu dari KH Mustofa Bisri, Ulil Abshar Abdala atau Gus Ulil mengatakan, ketokohan Mbah Hisyam ini harus diteladani. Jawa Tengah, beruntung memiliki sosok kiai sepertinya.
“Mbah Hisyam ini kiai sepuh di kawasan Banyumas, pondoknya berdiri tahun 1929, tiga tahun setelah NU berdiri. Kiai yang luar biasa dedikasinya kepada ilmu, pada tradisi pesantren dan karena orang-orang seperti beliau, Indonesia bisa menjadi negara seperti ini,” kata Ulil.
Dia menyebut, Mbah Hisyam merupkan sosok kiai yang memungkinkan terwujudnya negara Indonesia. Mbah Hisyam adalah orang-orang tersembunyi.
“Kalau tidak ada orang-orang seperti Mbah Hisyam, yang ikhlas, yang bekerja untuk mendidik umat tanpa mengharap sedikitpun balasan dari siapapun, itulah yang membuat negara kita seperti ini,” tutur Ulil.
Haul ini, kata Ulil, penting dilakukan untuk memberikan penghormatan bagi Mbah Hisyam lantaran jasanya masih jarang diketahui. Menurutnya, perjuangan Mbah Hisyam layak dijadikan teladan dan inspirasi bagi banyak orang.
“Saya senang sekali mewakili PBNU hadir hari ini untuk menghadiri haul beliau semoga ya tabarrukan, ngalap berkah atau meminta berkah kepada orang-orang saleh seperti ini,” ucapnya.