JawaPos.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan kedua Maret 2023 berpotensi menguat. Seiring dengan kekhawatiran kenaikan Fed funds rate yang lebih agresif mereda, menyusul data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melambat. Meski demikian, pelaku pasar saham masih menanti pengumuman inflasi Negeri Paman Sam pekan ini.

“IHSG berpeluang konsolidasi menguat dalam sepekan ke depan dengan support di level 6.728 sampai 6.627 dan resistance di 6.824 sampai 6.900,” kata analis pasar modal Hans Kwee kepada Jawa Pos kemarin (12/3).

Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, tunjangan pengangguran pada Februari bertambah menjadi 211 ribu klaim. Lebih tinggi dari ekspektasi ekonom untuk 195 ribu klaim. Laporan nonfarm payrolls juga meningkat 311 ribu.

Jumlah tersebut lebih baik daripada prediksi kenaikan penggajian yang mencapai 205 ribu. Sementara itu, penghasilan per jam rata-rata untuk semua pekerja swasta naik 0,24 persen.

“Data tenaga kerja ini telah meredakan beberapa kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada pertemuan Maret,” jelasnya.

Mengingat, Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell telah menegaskan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih tinggi berpotensi lebih cepat. Namun, keputusan bergantung pada data perekonomian AS yang dirilis sebelum pertemuan 21–22 Maret. Yang jelas, bank sentral AS itu tak ragu menaikkan suku bunga acuannya untuk menekan inflasi di kisaran 2 persen.

Di sisi lain, investor mencermati data inflasi Tiongkok pada Februari 2023 yang menurun. Indeks harga konsumen Negeri Panda hanya 1 persen YoY. Merosot dari 2,1 persen YoY di Januari 2023. Begitu pula indeks harga produsen sebesar 1,4 persen YoY.

Hans menilai, pelemahan ekonomi tersebut tidak lantas menggambarkan pemulihan domestik yang lambat maupun rendahnya konsumsi dalam negeri.

Sementara itu, founder Indonesia Superstock Community Edhi Pranasidhi mengungkapkan, prospek kinerja IHSG tahun ini akan cerah. Seiring dengan kondisi ekonomi Indonesia yang lebih optimistis jika dibandingkan dengan perekonomian global. Sampai perdagangan Jumat (10/3), investor asing mencatatkan nilai beli bersih (net buy) Rp 3,86 triliun sepanjang 2023.

Edhi memproyeksikan level IHSG tahun ini bisa mencapai 7.948. Proyeksi tersebut disertai estimasi jika pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai dan hanya di kisaran 4,5 persen.

PENUTUPAN IHSG SEPEKAN TERAKHIR

-6 Maret: 6.807

-7 Maret: 6.766,76

-8 Maret: 6.776,37

-9 Maret: 6.799,80

-10 Maret: 6.765,30

Saham Teraktif di Perdagangan Jumat (10/3):

-BBNI

-BBCA

-BMRI

-BBRI

-TLKM

Sumber: BEI

By admin