Lebih Estetis, Panen Berkali Lipat Lebih Banyak

Lahan sempit bukan lagi penghalang untuk berkebun. Pertanian modern menawarkan solusi lewat geotextile vertical garden. Perawatannya cukup mudah dengan hasil berkali lipat lebih banyak daripada cara konvensional. Dari segi estetika pun lebih cantik.

EMPAT poket dengan panjang masing-masing 4–6 meter dan tinggi 1,5–2 meter sudah bisa menghasilkan ribuan tanaman. Poket yang terbuat dari semacam flanel yang dipancang ke lahan miring itu oleh Boedi Raharjo ditanami sayuran seperti pakcoi dan selada. Setiap tanaman dia beri jarak sekitar 15 cm agar bisa mekar sempurna. Meski baru beberapa bulan bertanam dengan teknik tersebut di kebunnya di kawasan Pandaan, dia sudah panen dalam jumlah besar. ”Itu kalau ditaruh di tanah butuh berapa ratus meter persegi? Kalau kita bisa bikin kebun vertikal begitu, bisa meningkatkan produksinya, tambah hari tambah banyak,” ujar Boedi.

IRIT LAHAN: Beberapa jenis sayuran yang ditanam dengan geotextille vertical garden. Dengan metode ini, hasil panen jauh lebih banyak dari pada cara tanam konvensional. (FOTO: FRIZAL/JAWA POS)

Karena menggunakan kantong, tidak semua jenis tanaman bisa ditanam dengan geotextile. Hanya tanaman dengan akar tidak terlalu besar seperti sayuran. ”Kalau ditanami pohon mangga, pohon jambu, ya bisa jebol kantongnya. Di kebun saya yang pakai geotextile kebanyakan sayuran, rencana mau nanam stroberi,” kata pemilik Ovegi Garden tersebut.

Vertical garden tidak hanya unggul dari segi lahan. Secara estetika pun lebih indah dan bersih jika dibandingkan dengan sistem konvensional. Controlling juga lebih mudah. Tidak perlu banyak tenaga untuk mengawasi. Pengairan pun tinggal disiram layaknya menyiram kebun. ”Kalau konvensional kan lahannya luas, orang keliling ya capek. Petani kan identik dengan becek-becekan di tanah lempung, pakai sepatu bot. Dengan metode ini, petani juga bisa nggak jorok kok,” ungkap petani yang juga seorang dokter kecantikan tersebut.

Kelebihan geotextile lainnya adalah bisa dimanfaatkan hingga bertahun-tahun. ”Asal tidak robek atau bolong pas panen kayak mungkin kena sekop. Selama hati-hati, bisa dipakai berkali-kali. Hasilnya juga lebih banyak berkali-kali lipat daripada lahan flat,” ungkapnya.

Sakri membantu proses penanaman. (Boedi Raharjo untuk Jawa Pos)

Selain geotextile vertical garden, Boedi menggunakan sistem hidroponik. Konsepnya adalah taman edukatif. ”Kami jadi tempat jujukan wisata edukatif. Kemarin ada rombongan kelompok tani dari daerah Trawas. Mereka mengeluhkan beli tanah mahal. Mengurusnya juga susah karena butuh tenaga yang banyak,” jelasnya.

Meski begitu, teknik berkebun dengan geotextile vertical garden ini membutuhkan ketelatenan penuh. Dalam hal pemupukan, misalnya. Jika menanam di tanah, pupuk tinggal ditabur dengan dilempar-lempar. Tidak demikian dengan geotextile. Pupuk harus dimasukkan satu per satu ke kantong setiap tanaman. Padahal, satu poket bisa berisi ratusan tanaman. ”Kami konsepnya zero waste. Jadi, tanaman sayur yang jelek dibusukkan menjadi kompos. Karena poket-poket, jadi mesti satu poket kami kasih kompos satu per satu. Berapa ratus kantong dalam satu kebun itu harus dituang sesendok-sesendok,” ungkap Boedi.

Untuk mengurus kebun, dia dibantu Sakri, pekebun. ”Beliau yang merawat sistem penanaman,” lanjutnya.

Menurut dia, jika niatnya produksi banyak tanaman, tentu yang dirawat juga banyak. Dengan begitu, panen atau menyemai otomatis jauh lebih melelahkan. Namun, hal itu sebanding dengan keuntungan yang didapat. Yang terpenting mau keluar biaya di awal dan telaten.

UNTUNG RUGI MENANAM ALA GEOTEXTILE VERTICAL GARDEN

ZERO WASTE: Boedi mengecek kondisi selada yang ditanam dengan geotextile vertical garden. (FOTO: FRIZAL/JAWA POS)

KELEBIHAN

• Tidak perlu lahan luas

• Mampu menanam banyak dan hasilnya juga berkali lipat

• Lebih bersih dan estetis

• Controlling lebih mudah

• Pengairan mudah, cukup disiram seperti umumnya berkebun

KEKURANGAN

• Biaya awal untuk beli bahan cukup mahal

• Contouring tanah supaya miring juga memakan biaya

• Jumlah tanaman yang berlimpah mengundang hama seperti belalang dan ulat

• Pemupukan dilakukan satu per satu untuk setiap kantong

By admin