Namanya dikenal luas sebagai Sari Yok Koeswoyo. Perempuan bernama lengkap Louisa Herning Hapsari itu identik dengan Koes Plus. Putri sulung Yok Koeswoyo tersebut pernah dikenal sebagai penyanyi cilik. Kini, dia menekuni seni yang lain. Berikut wawancara Jawa Pos dengan Sari pada Kamis (9/3).
—
HALO, Bu Sari. Senang bisa bertemu di tempat Anda melukis. Apakah kegiatan ini menyita banyak waktu Anda?
Halo. Saya lima tahun terakhir melakukan banyak hal. Mulai terjun ke dunia politik, lalu kini bergelut di budaya dan kesenian. Sepertinya politik bukan tempat saya, saya terlalu saklek. Kalau tidak suka akan terlihat di muka. Tidak bisa basa-basi. Jadi, saya lebih sesuai di seni. Seni dan budaya ini penting untuk tahu identitas bangsa.
Saya lihat, lukisan Anda ada wayangnya. Saya baca di salah satu portal berita, tahun lalu Anda juga memamerkan lukisan bertema wayang. Apakah ini ciri khas Anda?
Saya menyebut wayang saya ini sebagai Wayang Sari. Ya wayangnya Sari. Saya kerap nabrak pakem, tapi juga tidak meninggalkan pakem. Misal, gelungnya seorang putri ya akan saya buat sesuai pakemnya. Tapi, tidak berarti tokoh itu merujuk pada putri tertentu. Tidak jelas siapa tokohnya. Pada dasarnya, saya tidak mengerti wayang.
Lalu, kapan Anda mulai melukis wayang?
Suatu hari terinspirasi, kalau Sari jadi wayang gimana ya? Itu sekitar 2019 pertengahan. Lalu, setelah itu menggambarkan Sari sebagai wayang. Setelah itu mulai kalau melihat orang, kira-kira jadi wayang apa ya. Kadang tidak bisa tidur, lalu didatangi wayang untuk digambarkan.
Dalam wujud wayang ini ada yang good looking, ada juga yang buruk rupa. Seperti Batara Kala dan dewi yang ada pada dua lukisan di hadapan kita. Ibu menafsirkan ini seperti apa?
Ya tidak apa-apa. Mungkin tampangnya buto, tapi belum tentu dia jelek. Saya suka ribut sama teman yang pencinta wayang betul soal tokoh dan cerita yang digambarkannya. Misal, Batara Kala yang dimusuhi karena perilakunya, padahal dia seperti itu karena Batara Guru. Batara Guru membiarkan Batara Kala melakukan apa pun yang disukainya. Kalau dididik baik, mungkin jadi orang baik.
Anda cenderung menggunakan warna pastel pada lukisan. Apakah Anda ingin menunjukkan sisi feminin?
Memang banyak warna yang saya gunakan warna feminin. Tapi, warna ini muncul begitu saja. Saya ikuti saja yang menjadi imajinasi saya.
Apakah sekarang kesibukan Anda hanya melukis?
Saya baru menyelesaikan film berseri yang disutradarai Joko Anwar. Saya di sana jadi tokoh antagonis. Ada adegan bela diri. Dulu pernah belajar bela diri juga, jadi kemarin cuma sedikit belajar untuk mengingat gerakannya. Saya senang memerankan tokoh antagonis.
Wah menarik. Mengapa Anda suka memerankan tokoh antagonis?
Peran jahat itu ada tantangannya. Tidak hanya diam atau termehek-mehek. Saya suka dengan tantangan menjadi antagonis ini.
Jika diminta memilih, Anda akan pilih lukis, seni peran, nyanyi, atau politik?
Saya menikmati sesuai masanya. Jadi, apa pun yang saya lakukan, ya itulah yang saya suka. Dan, saya melakukannya dengan sepenuh hati. Meskipun dalam prosesnya tidak enak, ya dijalani saja. Pasti tetap ada ilmu yang didapat.
MENGINGAT LAGI SARI YOK KOESWOYO
Nama lengkap : Louisa Herning Hapsari
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 20 Agustus 1968
Nama ayah : Yok Koeswoyo
Jumlah anak dan cucu : 3 dan 2
MUSIKOLOGI
Album lagu : Kemarau, Jam Dinding, Paman Bloon, Tali, Kijang, Pesan Ibu, Saya sama Papa, Saya sama Mama, Berlari-lari, Malu-Malu Mau, Genit Akh Kamu, Sweet Bali, Rama & Shinta, Pilih Yang Mana
Album operet cerita anak : Bawang Merah dan Bawang Putih, Putri Bintang
FILMOGRAFI
• Mau Dong Ah
• Galih dan Ratna
• Tira
Sumber: Diperoleh dari berbagai sumber