JawaPos.com–PT Prodia Widyahusada Tbk bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) gelar seminar dokter di 50 kota di Indonesia. Acara yang berlangsung (11/3) siang, itu dihelat di auditorium Grha Prodia, Surabaya.
Pesertanya mencapai ratusan orang. Lebih dari 150 dokter umum, dokter internis, dokter jantung, dan dokter patologi klinik, menjadi peserta. Mengusung tema Personal and Precise Partner for Your Health, Prodia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Salah satu narasumber, dr Saskia Dyah Handari, SpJP (K), FIHA, FESC, FAsCC, FASE, membahas mengenai Prediction of Acute Coronary Syndrome Based on Endothelial Damage. Saskia mengatakan, penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik, penyakit yang disebabkan penyempitan pembuluh darah koroner akibat plak aterosklerosis.
”Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian terbanyak di dunia termasuk di Indonesia. Lebih dari separo individu yang hanya memiliki satu atau bahkan tidak ada faktor risiko tradisional untuk PJK,” jelas Saskia.
Ternyata, lanjut Saskia, masih menderita kejadian jantung parah seperti infark miokard atau angina tidak stabil. Menurut dia, hal itu memberikan bukti lebih lanjut bahwa diperlukan cara yang lebih efektif untuk mengidentifikasi subklinis penyakit kardiovaskular.
Salah satu upaya untuk pencegahan adalah melakukan tes PULS Cardiac Marker. Matthew Justyn selaku product specialist mengungkapkan, Prodia menyediakan pemeriksaan PULS Cardiac Marker.
”Sebuah pemeriksaan untuk memprediksi risiko serangan jantung selama 5 tahun ke depan. Prodia PULS Cardiac Marker menganalisis 7 biomarker yang terlibat dalam proses kerusakan endotel dan pembentukan plak yang tidak stabil,” papar Matthew.
Biomarker itu antara lain IL-16, Eotaxin, CTAX, MCP-3, FAS ligand, sFAS, dan HGF. Matthew berharap melalui seminar tersebut dokter yang hadir dapat memahami informasi peran pemeriksaan Prodia PULS Cardiac Marker.
Hal itu bertujuan untuk memprediksi risiko serangan jantung selama 5 tahun ke depan. Serta, upaya pencegahan penyakit jantung yang efektif. Yang pada akhirnya bisa menurunkan mortalitas maupun morbiditas penyakit jantung. Sesuai dengan target penurunan burder penyakit jantung oleh WHO yaitu 25 persen pada 2025.