Sempat Trauma Main Lagi setelah Insiden Benturan
Dari delapan insiden membahayakan akibat benturan sejak era Liga 1, empat di antaranya dialami kiper. Ada usulan perlunya penggunaan pelindung kepala.
FARID S. MAULANA-BAGUS P. PAMUNGKAS, Surabaya
—
YANG diingat Adi Satryo tentang momen mengerikan itu seperti mobil Formula 1 di sirkuit: sekelebat saja. Perebutan bola 50:50 dan sesudahnya gelap.
Adi, yang di Liga 1 2022 itu masih membela Persik Kediri, pingsan terkena tendangan pemain Borneo FC Kei Hirose setelah gagal menangkap bola. Dia pun langsung dilarikan ke rumah sakit.
”Saya hanya ingat langsung ada di rumah sakit. Untungnya tidak cedera serius. Tidak ada retak atau apa di kepala,” kata kiper yang kini membela PSIS Semarang itu kepada Jawa Pos kemarin (10/3).
Sejak strata teratas kompetisi sepak bola di tanah air dikemas ulang dengan nama Liga 1 pada 2017, setidaknya ada delapan insiden yang membahayakan nyawa pemain. Bahkan, pada musim 2017 itu juga, kiper Persela Lamongan Choirul Huda harus kehilangan nyawa setelah mengalami benturan dengan penyerang Semen Padang Marcel Sacramento di Stadion Surajaya, Lamongan.
Aji Saka, Reinaldo da Costa, Hendro Siswanto, Andri Muliadi, M. Ridho, dan yang terakhir Ricki Ariansyah adalah nama-nama lain yang pernah menjadi korban benturan dan sempat tak sadarkan diri. Kecuali Huda, ketujuh nama lainnya memang bisa pulih cepat.
Tapi, yang tak mudah disembuhkan adalah trauma. Begitu pulih di rumah sakit, Adi mengaku sempat khawatir merumput lagi di lapangan. ”Tapi, saya pakai untuk aktivitas lain setelah keluar dari rumah sakit. Refreshing dan menyalurkan hobi martial arts. Sekitar 3–4 hari, saya sudah lupa dan ingin main bola lagi,” paparnya.
Meski kedelapan korban mewakili hampir semua posisi di sepak bola, kiper tetaplah paling rawan. Dari delapan nama tersebut, empat di antaranya penjaga gawang: Huda, Aji, Ridho, dan Adi.
Adi pun kini mencoba lebih berhati-hati lagi. Berusaha lebih cerdas dalam mengambil keputusan. ”Saya juga berharap semua pemain mengerti cara menangani atau melakukan pertolongan pertama ketika ada insiden seperti saya di lapangan,” harapnya.
Kiper berusia 21 tahun itu kagum atas keberanian pemain Madura United Reva Adi Utama ketika melihat rekan setim, Ricki Ariansyah, tidak sadarkan diri di lapangan. Dia juga bersyukur Madura United punya tim medis luar biasa. Mereka akhirnya bisa menyelamatkan nyawa Ricki. ”Saya berharap PSSI lebih baik ke depan soal keselamatan pesepak bola di lapangan. Agar tidak ada lagi nyawa yang melayang saat pertandingan,” ujarnya.
Seperti Adi, Andri Muliadi juga sempat trauma setelah pingsan menyusul jatuh dan kepalanya membentur tanah dengan keras ketika melawan Bhayangkara FC di Liga 1 2018. Saat itu pemain berposisi bek tersebut masih membela Persebaya Surabaya. ”Sempat khawatir pendarahan di otak. Alhamdulillah, ternyata tidak ada,” jelas Andri.
Sesudahnya, Andri sempat tidak berani duel udara, dalam latihan sekalipun. Trauma salah mendarat. ”Itu menjadi tantangan yang paling berat pascakolaps di lapangan,” beber pemain yang kali terakhir memperkuat Persela Lamongan itu.
Meski tidak dalam konteks Liga 1, kiper Bhayangkara FC Awan Setho juga pernah mengalami benturan hebat hingga tak sadarkan diri dalam laga persahabatan melawan Tokyo FC pada 2018. Dia pun menilai penggunaan head protector atau pelindung kepala seperti yang dipakai mantan kiper Chelsea Petr Cech sangatlah perlu. ”Meski memang tidak nyaman memakainya saat pertandingan karena tak terbiasa,” paparnya.
Tidak hanya di Liga 1, tabrakan mengerikan yang dialami kiper juga terjadi di Liga 3. Malah, sejak 2017, tercatat satu korban meninggal: kiper tim Liga 3 Riau Torpedo FC Taufik Ramsyah yang meninggal setelah mengalami benturan di kepala ketika melawan Wahana FC.
Meski mengaku tak trauma saat pingsan semasa membela Arema FC, Hendro Siswanto jadi lebih berhati-hati. ”Dasarnya aku memang nggak kapokan. Soalnya, kepalaku sudah tiga kali bocor dan dijahit. Saya lebih trauma saat cedera lutut dulu malahan,” ungkap gelandang Borneo FC itu.
Para penyintas insiden membahayakan itu pun berharap Rian menjadi korban terakhir. Setelah dirawat dua hari di sebuah rumah sakit di Semarang, Kamis (9/3) Rian telah dibawa pulang ke Madura.
”Info dari tim medis, Rian sementara waktu harus istirahat total selama kurang lebih satu pekan untuk mengembalikan kondisi fisiknya,” ungkap Media Officer Madura United Ferdiansyah kepada Jawa Pos.
Tapi, Andri yakin Rian bisa segera pulih. ”Dia masih muda. Saya yakin bisa pulih lebih cepat,” katanya.