JawaPos.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menyoroti tingkat produksi dan produktivitas sawit di Indonesia. Luasan lahan kebun sawit di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Hanya, tingkat produktivitas dan produksinya belum maksimal sampai saat ini.
Sorotan tersebut disampaikan Dirjen Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah. Dia mengatakan tantangan utama dalam memajukan kelapa sawit adalah pada produksi dan produktivitas. “Padahal luasan areal dan produksi kelapa sawit Indonesia nomor 1 dunia,” katanya Jumat (10/3).
Untuk itu perlu menjadi perhatian bersama guna mendorong terus peningkatan produktivitas tanaman. Diantaranya dengan perkuat strategi khususnya melalui peremajaan tanaman pada perkebunan rakyat.
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas sawit adalah dengan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). “Pemerintah bersama pihak terkait terus berupaya mendorong dan genjot realisasi Peremajaan Sawit Rakyat,” tuturnya.
Sejak tahun 2017 hingga tahun 2022 diketahui bahwa capaian PSR sebesar 278.200 hektare (Ha). Data Kementan terdapat 2,8 juta hektar lahan sawit rakyat yang potensial untuk diremajakan.
Menurut Andi, guna mendorong keberhasilan peremajaan sawit, Kementan menetapkan target realisasi program PSR pada tahun 2023 seluas 180.000 Ha. Lahan tersebut tersebar di 21 provinsi sentra kelapa sawit.
Anggaran untuk program PSR diambil dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Sementara itu Direktur Penyaluran Dana BPDP-KS Zaid Burhan Ibrahim mengatakan dana sawit yang mereka kelola diantaranya untuk peremajaan sawit rakyat.
“Bukan untuk peremajaan kebun sawit milik korporasi,” katanya di sela paparan Valuasi dan Komersialisasi Teknologi Hasil Riset Kelapa Sawit 2015-2021.
Selain untuk peremajaan kebun sawit rakyat, dana sawit juga untuk beasiswa anak-anak buruh atau pekebun sawit. Kemudian juga ada kegianatan untuk riset atau penelitian.
Tahun ini BPDP-KS mengalokasikan Rp 137 miliar untuk pendampingan peneilian terkait sawit. Dia berharap ilmuan Indonesia terus bersemangat meneliti soal sawit.
Dia menerangkan dana kelolaan itu dihimpun dari kegiatan ekspor sawit dan turunannya. Dana yang terkumpul tidak hanya untuk kegiatan riset. Tetapi juga ada untuk program beasiswa anak petani atau buruh sawit. Kemudian juga untuk peremajaan kebun sawit rakyat.
“Khusus untuk penelitian, tahun lalu ada 115 judul (yang didanai),” katanya.
Sementara untuk tahun ini, sudah ada 738 judul proposal riset terkait sawit. Nantinya akan diseleksi oleh tim khusus, penelitian mana yang akan didanai.
Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Prof Didiek Hadjar Goenadi mengatakan penelitian atau inovasi di bidang sawit sangat penting. Diantaranya untuk meningkatkan nilai jual produk-produk turunan sawit.
Menurut dia ke depan hasil utama dari sawit adalah produk biomassa. “Minyak itu bonusnya,” katanya.