JawaPos.com – Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya Rosdiana Sijabat optimistis dengan strategi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk mencapai target investasi sebesar Rp 1.400 triliun pada tahun 2023 dengan menggenjot hilirisasi.
Optimisme tersebut, kata Rosdiana, juga berkaca dari keberhasilan Menteri Bahlil yang mampu melampaui setiap target realisasi investasi dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan.
“Berdasarkan kinerja realisasi investasi pada tahun 2022 lalu, bahwasanya kita optimis di tahun lalu juga investigasi kita relatif baik, ketika pemerintah mulai mengagendakan hilirisasi di berbagai sektor, terutama sektor berbasis komoditas dan pertambangan mungkin juga sektor-sektor industri lain, kita tahu ini adalah potensi yang besar,” ujar Rosdiana, Kamis (9/3/2023).
Menurutnya, kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia menjadi daya tarik bagi investor agar menggelontorkan dananya membangun industri hilirisasi untuk menjawab kebutuhan energi dimana secara global sedang mengalami krisis energi.
Tinggal bagaimana pemerintah memberikan sebuah kebijakan yang dapat membawa investor masuk tanpa ragu masuk membangun industri di dalam negeri.
“Misalnya nikel kita yang terbesar cadangannya di dunia, banyak negara tentu seharusnya menjadi tertarik atau investor asing untuk bisa masuk ke sektor-sektor yang pada akhirnya nanti hilirisasi oleh pemerintah Indonesia, tidak hanya nikel,” paparnya.
“Pemerintah harus membuat bagaimana kebijakan untuk hilirisasi industri itu diikuti dengan daya tarik bagi investor asing untuk masuk ke dalam sektor-sektor yang dihilirisasi,” imbuh Rosdiana.
Lanjut Rosdiana, permintaan terhadap energi secara global sangat tinggi baik itu yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) maupun energi yang masih bersumber dari fosil.
“Potensi komoditas Indonesia itu cukup tinggi dan banyak sekali negara-negara lain tahu potensi betapa besarnya kita di bidang itu. Jadi investasi berbasis dan berorientasi kepada ekonomi hijau itu juga sangat penting,” jelasnya.
Lanjut Rosdiana, tantangan pemerintah saat ini di tahun 2023 kata Rosdiana ialah para investor masih belum secara maksimal untuk mengeluarkan uangnya karena masih melihat stabilitas keamanan dalam negeri.
“Artinya di tahun 2023 ini mungkin mereka tidak secara all out investor itu tidak akan secara all out untuk melakukan investasi di Indonesia secara optimal karena ada ekspektasi tentang perubahan dinamika politik perubahan kebijakan ekonomi yang diikuti oleh dinamika politik,” jelasnya.
Lebih lanjut Rosdiana mengatakan, dari pengalaman pemerintah Indonesia melakukan beberapa kali pemilu telah berjalan secara demokratis dan cukup kondusif.
Sehingga dia berpandangan para investor tidak perlu lagi ragu untuk datang menanamkan modalnya ke Indonesia.
“Mungkin investor sedang memperhatikan arah dinamika perubahan politik di Indonesia di 2024 di tahun 2023 tahun ini. Jadi saya kira target investasi yang dilakukan Pak Bahlil mengingat kinerja investasi di tahun lalu ya oke saja kita optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi kita yang sudah di kisaran 5 persen,” jelasnya.
“Itu juga memberikan rasa percaya diri sebagai investor asing bahwa potensi perekonomian di Indonesia itu cukup baik di tengah-tengah kelemahan kinerja ekonomi global, tukas Rosdiana.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia mengatakan, program hirilisasi yang akan didorong untuk menggenjot investasi akan dikembangkan di kawasan industri yang ramah lingkungan dan memakai energi baru terbarukan (EBT).
Menurutnya, investor yang bergerak di sektor hilirisasi akan mencari negara-negara penghasil EBT. Indonesia terus berupaya melakukan transisi energi dari fosil menuju EBT.
“Mereka (investor) akan mencari negara-negara penghasil EBT dan punya wilayah menangkap CO2-nya dan di Asia Tenggara Indonesia menguasai 45 persen lahan,” kata Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil juga mengatakan, untuk mencapai target investasi tahun 2023 dibutuhkan stabilitas baik dari sisi ekonomi maupun politik. Hal ini lantaran tahun 2023 akan menjadi tahun politik.
Untuk itu, Bahlil menyampaikan, pemerintah harus terus menjaga stabilitas agar minat investor untuk menanamkan modal di Indonesia tidak kendur.