JawaPos.com – Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indoensia (ASPEBINDO) Anggawira meminta PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan komitmennya dalam aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE). Hal ini ditekankan usai Depo Plumpang, Koja, Jakarta Utara, mengalami insiden kebakaran pada Jumat (3/3).
Tak hanya Depo Plumpang, dalam tiga tahun terakhir bahkan tercatat ada enam kilang dan atau depo PT Pertamina yang terbakar.
“Saya rasa dengan berbagai insiden yang terjadi ini harus ada tindakan dengan mengeluarkan kebijakan atau terobosan masif untuk mengatasi persoalan HSSE ini. Ini berlaku bukan hanya untuk Pertamina tapi untuk seluruh pelaku industri gas dan minyak bumi,” kata Anggawira dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (9/3).
Ia juga menjelaskan, pentingnya buffer zone atau zona penyangga di setiap depot Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, depo BBM merupakan area berbahaya yang di sekelilingnya terdapat zat-zat yang mudah terbakar.
Dalam hal ini, Anggawira menyebut bahwa buffer zona ibarat sabuk pengaman di area depo. Bahkan, buffer zone merupakan bagian dari aspek HSSE (Health, Safety, Security and Environment) di sekitar wilayah tangki timbun yang rentan dengan risiko kebakaran.
“Adanya lahan di sekeliling lokasi depo BBM bisa dibebaskan dan dimanfaatkan sebagai area penghijauan,” ujar Anggawira yang juga merupakan Komisaris Utama PT Krakatau Pipe Industries ini.
Meski demikian, Anggawira menilai Pertamina sudah bergerak cepat untuk menanggulangi insiden kebakaran ini, utamanya berfokus pada korban. Hal ini sudah merupakan prosedur mitigasi ketika kecelakaan terjadi.
Namun demikian, perlu ada yang namanya evaluasi sehingga terobosan yang bisa menguatkan aspek HSSE. “Jangan sampai kejadian ini bisa terulang kembali, dan perlu diperhatikan jika insiden ini terjadi kembali bagaimana prosuder penyelamatan sebagai standarnya untuk meminimalisir dampaknya,” tutup Anggawira yang saat ini juga menjabat sebagai Sekjen BPP HIPMI.
Untuk diketahui, imbas kebakaran yang terjadi di Depo Plumpang tercatat 19 orang meninggal dunia, 49 korban luka-luka, serta 3 orang dalam pencarian. Selain korban jiwa dan luka-luka, insiden ini juga berdampak pada lebih dari 570 warga harus mengungsi dan bergantung pada bantuan yang diberikan PT Pertamina maupun donasi dari berbagai lapisan masyarakat.