JawaPos.com – Penyakit gagal ginjal termasuk di antara sepuluh penyakit tidak menular dengan potensi kematian tertinggi di Indonesia. Kasus gagal ginjal juga mengakibatkan pembiayaan tinggi. Menurut catatan BPJS Kesehatan, nilainya mencapai Rp 1,9 triliun.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menjelaskan, kasus ginjal kronis di dunia menduduki peringkat ke-11 penyakit yang menyebabkan kematian. Jumlah kasusnya 1.427.233 orang. Sementara itu, di Indonesia masuk peringkat ke-10. ”Ada 42.130 orang,” ujarnya.
Sejak 2018, lanjut dia, ada tren peningkatan. Itu menurut riset kesehatan dasar (riskesdas). Pada Riskesdas 2013, ada 2 persen permil. Kemudian, naik menjadi 3,8 persen permil pada Riskesdas 2018. ”Kalau kita lihat prevalensi penyakit gagal ginjal kronis pada usia lebih dari 15 tahun berdasar diagnosis dokter, 2018 ada 3,8 persen atau 739.208 jiwa,” katanya.
Dia mengungkapkan, provinsi yang tertinggi adalah Kalimantan Utara, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Kemudian, NTB, Aceh, Jawa Barat, Maluku, DKI Jakarta, Bali, dan DI Jogjakarta. ”Ini penyumbang prevalensi gagal ginjal di Indonesia,” imbuhnya.
Selanjutnya, yang terbanyak berikutnya terjadi pada usia 65 sampai 74 tahun. Pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan. ”Indonesia miliki bonus demografi. Kita lihat di usia 35 sudah banyak yang gagal ginjal kronis,” katanya. Pemerintah berupaya mengurangi melalui deteksi dini. Selain itu, ada gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).