JawaPos.com – Kondisi Diabetes pada anak terus menjadi perhatian. Salah satu penyebab dari naiknya kasus tersebut adalah kebiasaan pola konsumsi gula dan karbohidrat yang berlebihan dari warga Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Dosen dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ujang Sumarwan, mengatakan perlu kebijakan publik yang kuat agar peredaran gula di banyak makanan dan minuman instan juga tidak terlalu menjamur di tanah air.
“Yang sangat penting itu sebenarnya kebijakan publik. Kebijakan publik yang membatasi penggunaan gula di dalam berbagai industri makanan, ini yang menurut saya sangat efektif,” ujarnya dalam acara Ngobrol Kesehatan dengan tema “Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang Tepat”, Rabu (8/3).
Salah satu kebijakan publik terkait pembatasan gula, kata Ujang, dapat dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Inggris. Di negara itu, ada aturan untuk industri yang menggunakan gula.
“Jadi industri makanan-minuman yang dengan teknologinya mengurangi penggunaan gula itu diberikan intensif pajak, pengurangan pajak yang dari sisi makro ekonomi ini penting juga,” jelasnya.
“Tapi perlawanannya akan sangat tinggi dari industri kalau kena pajak. Sekarang kan sudah banyak pajak ini ditambah pajak lagi,” sambung Ujang.
Namun begitu, kebijakan tersebut juga belum tentu akan relate jika diterapkan di Indonesia. Hanya saja, tetap diperlukan kebijakan publik dalam bentuk lain untuk menekan peredaran gula dari yang akan dikonsumsi warga.
“Tapi tadi public policy yang langsung meng-cut penggunaan di jalur industrinya,” ucap Ujang.
Hingga saat ini, kata Ujang, 20 persen kalori orang Indonesia berasal dari makanan dan minuman cepat saji.
“Dan kalau bicara makanan jadi, minuman jadi pasti berkaitan dengan gula, garam, dan lemak. dan itu policynya harus jadi satu kesatuan,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan adanya tren diabetes tipe dua pada anak dan remaja yang muncul karena faktor gaya hidup yang tidak sehat.
“Sekarang yang mengkhawatirkan adalah tren diabetes tipe 2 pada remaja dan anak. Yang harusnya muncul di usia 40 tahun ke atas, ini sudah ditarik lebih prematur lagi ke anak-anak. Jadi anak-anak sekarang sudah banyak yang diabetes tipe 2,” ungkapnya.