JawaPos.com–Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memasang dekorasi perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di halaman Balai Kota dan Balai Pemuda.
Pemasangan dekorasi tersebut bukan sekadar untuk merayakan Hari Raya Nyepi. Namun, juga sebagai wujud dari Surabaya kota toleransi antar umat beragama. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya telah memasang ornamen peringatan Hari Raya Nyepi, berupa Pura dan Ogoh-ogoh.
Hiasan pura dipajang di depan Balai Kota, lengkap beserta pernik-perniknya. Mulai dari janur, motif kain poleng, dan tedung atau pajeng (payung).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, pemkot memasang hiasan di dua tempat ikonik. Yakni di Balai Kota dan Balai Pemuda.
”Hiasan yang dipajang di Balai Kota dan Balai Pemuda bentuknya berbeda. Di Balai Kota, bentuk hiasannya pura dan ada gapura, serta ogoh-ogoh yang dikelilingi ikan Sura dan Buaya. Sedangkan di Balai Pemuda, itu hanya ada gapura dan ogoh-ogoh,” terang Hebi, Rabu (8/3).
Hebi menjelaskan, dekorasi kota bernuansa keagamaan umat Hindu pada perayaan Hari Raya Nyepi tahun ini, tidak hanya ada di Balai Kota dan Balai Pemuda. Akan tetapi, di Jalan Panglima Sudirman, tepatnya di Monumen Bambu Runcing juga akan dihiasi ornamen serupa.
Dekorasi bernuansa Hindu yang akan dipasang di Monumen Bambu Runcing, saat ini masih dikoordinasikan lebih lanjut bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Surabaya, sebelum dipasang.
”Tidak asal pasang ini, kita juga harus mendapat persetujuan ketika memasang dekorasi ini. Oleh karena itu, kami konsultasikan terlebih dahulu bentuk dan tempatnya di mana saja yang sesuai,” papar Hebi.
Perayaan Hari Raya Nyepi tahun ini, mengusung tema Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia. ”Tema ini juga ditentukan PHDI Kota Surabaya, karena berbeda setiap tahun,” jelas Agus Hebi Djuniantoro.
Rencananya, ogoh-ogoh di depan Balai Kota dan Balai Pemuda itu diarak ke Pura Segara, Kenjeran, sebelum perayaan Hari Raya Nyepi pada 22 Maret. Masyarakat yang melintas di depan Balai Kota atau Balai Pemuda, bisa berfoto dengan latar belakang ornamen tersebut.
”Pada 20 Maret malam, akan diambil PHDI untuk diarak, kemudian 21 Maret malam dikembalikan lagi ke Balai Kota dan Balai Pemuda, jadi tidak dibakar,” terang Agus Hebi Djuniantoro.
Dimas Nur Apriyanto/JawaPos.com