JawaPos.com – Euforia Manchester United kala menyingkirkan FC Barcelona di Liga Europa (24/2) dan West Ham di Piala FA (2/3) serta mengalahkan Newcastle United di final Piala Liga (27/2) belum juga sirna.

Tapi, kemarin (6/3) dini hari WIB di Anfield, United merasakan momen paling kelam mereka di era sepak bola modern.

The Red Devils –sebutan United– dibombardir tujuh gol tanpa balas oleh rival klasik, Liverpool FC, dalam matchweek ke-26 Premier League. Laga yang akan menjadi warisan paling diingat dan memalukan dari United besutan Erik ten Hag.

Kekalahan terbesar sepanjang sejarah United sejak dikalahkan dengan skor serupa oleh Wolverhampton Wanderers pada 26 Desember 1931.

Ten Hag memang sukses mengakhiri penantian gelar United selama enam tahun dengan trofi juara Piala Liga. Tapi, pelatih plontos asal Belanda itu pula yang menorehkan aib yang tidak pernah dibayangkan dalam 92 tahun terakhir.

Dari skor, lebih buruk daripada kekalahan yang dialami United pada musim terburuk mereka pada musim lalu. Masing-masing kalah 0-4 di Anfield dengan Ralf Rangnick dan 0-5 di Old Trafford bersama Ole Gunnar Solskjaer.

”Ini hari terberat bagi United. Terima kasih Tuhan saya tidak pernah menjadi bagian di tim yang kalah sebegini besarnya sepanjang saya bermain untuk Man United,” ungkap legenda United Roy Keane kepada Sky Sports.

Seolah menyindir pemain United, Keane menyebut bahwa dirinya tidak akan berani menampakkan batang hidung ketika timnya kalah 0-6 atau 0-7.

”Mungkin mereka bakal menghilang beberapa hari, tetapi kalau jadi mereka, saya bisa melakukannya selama berbulan-bulan. Sangat memalukan bagi sejarah klub ini,” sambung kapten-gelandang bertahan United periode 1993–2005 tersebut.

Papan skor yang menunjukkan Liverpool FC memimpin 7-0 atas lawannya Manchester United. (Michael Regan/Getty Images)

Dalam wawancara dengan MUTV, bek kiri United Luke Shaw mengaku malu dengan kekalahan 0-7 tersebut. Menurut Shaw, ada yang berbeda dari United setelah memenangi Piala Liga.

”Standar permainan kami menurun sejak kami bisa memenangkan trofi itu. Hari ini (kemarin, Red) jelas bukan laga normal kami,” beber bek yang sempat terpancing emosi dengan striker LFC Darwin Nunez di sepuluh menit terakhir babak kedua tersebut.

Selain mentalitas, ada beberapa taktik Ten Hag yang mungkin bekerja baik ketika melawan Barca, tetapi jadi kelemahan melawan LFC. Seperti memainkan striker Wout Weghorst di posisi sepuluh sehingga Bruno Fernandes lebih melebar ke kiri.

Hal itu tidak efektif karena LFC mengandalkan kecepatan dalam menyerang, khususnya lewat Mohamed Salah dan Trent Alexander-Arnold di sisi kanan.

Di sisi lain, Aaron Wan-Bissaka yang punya kemampuan bertahan bagus tidak dipilih sebagai bek kanan. Diogo Dalot pun beberapa kali jadi sasaran serangan LFC.

”Ini (permainan maupun hasil akhir, Red) tentu tidak seperti yang aku inginkan. Ini mengejutkanku. Aku seperti tidak melihat timku yang biasanya. Ini bukan Manchester United. Sangat buruk dan sangat jelek,” keluh Ten Hag kepada Manchester Evening News.

Di balik kekalahan buruk, tentu banyak pemain yang merasa down dan bisa memengaruhi sisa musim ini. Ten Hag tidak memungkiri, tetapi baru akan membahasnya dengan pemain United hari ini (7/3).

”Saya tahu tim ini pasti akan merespons kekalahan ini. Seperti yang sudah kami perlihatkan di awal musim ini (kalah beruntun di dua matchweek awal, Red),” tuturnya.

 

 

By admin