JawaPos.com–Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh masyarakat Jatim memberi perhatian khusus pada kesehatan dan kebersihan pada musim hujan.
Bukan hanya flu dan demam berdarah, salah satunya yang juga harus diperhatikan adalah Leptospirosis. Meski memiliki gejala mirip DBD, Leptospirosis bukan disebabkan virus tapi bakteri Leptospira.
Berdasar data Dinkes Jatim, kasus Leptospirosis pada 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret jumlahnya sudah 249 kasus.
”Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim hujan,” ujar Khofifah.
Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan, penyakit tersebut bisa menyebar melalui urine dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di tempat yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.
Hewan yang terinfeksi bakteri itu tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian. Penyakit itu bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine hewan terinfeksi.
Diketahui hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya. Tapi tikus merupakan penyebab utama.
Sejauh ini, dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus dengan jumlah kematian 6 orang. Selanjutnya Kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Kabupaten Gresik sejumlah 3 kasus, Kabupaten Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus, dan Kabupaten Tulungagung sejumlah 4 kasus.