ISHA HENING sudah tidak lagi memikirkan pandangan-pandangan yang tidak setara gender dari orang lain. Dalam bidang yang dia geluti, ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan secara teknis. Karena itu, di lapangan, dia menjadi minoritas. Di Indonesia, motion graphic memang bidang lelaki.
Namun, lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) ITB itu tak peduli dengan cibiran orang. Dia memilih fokus mencipta karya.
“Secara umum jangan terlalu memikirkan ’peran-peran’ yang seakan sudah digariskan untuk perempuan oleh masyarakat. Jadi diri sendiri saja lebih baik,” ujar Isha kepada Jawa Pos, Sabtu (4/3).
Terjun ke motion graphic berbekal ilmu yang dia pelajari secara otodidak, Isha kini sudah 15 tahun menjadi seniman. Bakat seni dari sang ayah yang seorang pelukis mengalir deras dalam dirinya. Berawal dari mengerjakan tugas kuliah, lama-lama dia enjoy mengulik motion graphic.
’’Proses pembuatannya kan menggunakan komputer. Kebetulan aku suka banget utak-atik komputer. Haha…,” tutur Isha.
Di awal kariernya, Isha mengambil semua project yang datang kepadanya. Seiring berjalannya waktu, dia berfokus pada konser dan instalasi. Baik untuk pameran maupun komersial. Belakangan, dia banyak berkolaborasi dengan merchandising.
Kini, Isha menjadi salah seorang seniman motion graphic yang dikenal di Indonesia. Ada begitu banyak karya spektakuler yang dia kerjakan. Baik di panggung, galeri pameran, maupun video musik musisi ternama. Di antaranya, Barasuara, Iwan Fals, DJ Snake, Steve Aoki, dan Avicii. Yang paling anyar, dia terlibat dalam konser solo Raisa.
’’Campur aduk rasanya. Senang sekaligus tegang juga karena skala acaranya dan mediumnya besar,” ungkap Isha.
Dia juga pernah menjadi orang penting di balik pergelaran event dan festival internasional. Misalnya, Asian Games 2018, We the Fest, Djakarta Warehouse Project, dan ARTE Indonesia Arts Festival. Salah satu karya memukaunya adalah membirukan Tugu Monas lewat atraksi video mapping dengan motif batik. Isha memang kerap memainkan gaya psychedelic yang kental dengan warna-warna ceria dan kontras.
’’Aku memang suka menggunakan banyak warna. Ada banyak warna yang bagus, sayang kalau nggak dipakai,” ujar pencinta musik dan anime Jepang itu.
Ke depan, Isha ingin membuat showcase tunggal. Dengan demikian, karya-karyanya bisa dikenal lebih luas dan dinikmati lebih banyak orang. Kepada mereka yang bertekad terjun ke seni visual gerak, Isha berpesan untuk memperbanyak pemahaman terkait teknologi dan seni.
’’Perkaya diri juga dengan skill pertukangan dasar. Selagi ada waktu dan tenaga, belajar hal baru yang baik tidak akan pernah rugi,” katanya.