JawaPos.com – Para panglima pasukan Ukraina sepakat memperkuat posisi dan mempertahankan Bakhmut dari Rusia. Mereka bakal mati-matian agar kota di Ukraina timur itu tak dikuasai tentara Rusia.
Dalam rapat rutin bersama para panglima tempur, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendiskusikan situasi di Bakhmut bersama panglima angkatan bersenjata Valeriy Zaluzhny dan panglima operasi Oleksandr Syrsky. Syrsky belum lama ini menemui para prajurit Ukraina yang tengah mempertahankan kota Bakhmut.
“Para panglima membahas langkah lebih jauh di Bakhmut dan mendukung agar operasi pertahanan di sana diteruskan,” kata Zelensky dalam pernyataan tertulis yang dikeluarkan kantornya seperti dilaporkan laman Politico, Senin (6/3).
Selain itu, para peserta rapat itu juga membahas pasokan senjata dan perlengkapan perang serta penyalurannya untuk operasi di Bakhmut.
Menurut lembaga pemikiran (think tank) pertahanan Amerika Serikat, Study of War, pasukan Ukraina sedang mundur secara bertahap dari Bakhmut sambil terus memerangi pasukan Rusia yang terus merangsek masuk kota tersebut.
“Para bloger militer Rusia juga sudah menurunkan ekspektasi kemampuan pasukan Rusia dalam meluncurkan ofensif baru, yang artinya itu bisa berpuncak kepada apakah pasukan Rusia benar-benar hendak menguasai Bakhmut atau tidak,” tulis Study of War.
Menurut lembaga yang rutin menganalisis perkembangan di medan perang Ukraina itu, jika pasukan Rusia berhasil menguasai Bakhmut, maka mereka akan berusaha terus merangsek ke barat untuk merebut Kostyantynivka atau Slovyansk.
Namun demikian, pasukan Rusia diperkirakan telah kekurangan personel dan amunisi karena terkuras oleh pertempuran merebut Bakhmut selama berbulan-bulan.
Sementara itu, pendiri sekaligus pemimpin pasukan tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, pada Jumat (3/3) menyatakan pasukannya praktis telah mengepung Bakhmut. Namun, dua hari kemudian Prigozhin mengeluh karena amunisi yang dijanjikan militer Rusia untuk Wagner Group ternyata belum dikirim.
“Saat ini, kami hanya bisa menduga-dua alasannya, apa karena birokrasi atau pengkhianatan,” kata Prigozhin pada Minggu (5/3) melalui Telegram seperti dilaporkan oleh Reuters.