JawaPos.com-Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebutkan, kini industri kian tertarik bekerja sama dengan SMK. Itu terlihat dari survei kepuasan yang telah dilakukan pihaknya.
Ia mengatakan, dari survei yang dilakukan pada 708 mitra industri pendidikan vokasi, tingkat kepuasan mereka mencapai 3,46 pada skala 4. Angka tersebut meningkatvtajam dibanding sebelumnya. “Lumayan masih bisa ditingkatkan, tapi itu sudah peningkatan yang jauh dari sebelumnya,” ujarnya dalam acara The Future of Vocational Education and Inclusivity, di Jakarta, Selasa (7/3).
Peningkatan kepercayaan ini juga disumbang oleh terobosan Merdeka Belajar terhadap pendidikan vokasi melalui berbagai macam program. Di antaranya, program SMK pusat keunggulan (PK) dan kampus merdeka vokasi di tingkat perguruan tinggi. Kedua program tersebut menjembatani lulusan vokasi bisa sesuai dengan kebutuhan dunia industri. “Di tahun 2022 sudah dikembangkan lebih dari 1400 SMK untuk menjadi pelaksana program SMK PK,” katanya.
Diakuinya, jumlah tersebut mungkin tak kelihatan besar. Tapi sejatinya, sudah mewakili 30 persen dari seluruh anak SMK di Indonesia. “Angka 1400 itu terlihat kecil, tapi hampir sepertiga anak SMK sudah masuk dalam program kita,” sambungnya.
Dari jumlah tersebut, lanjut dia, 370 SMK PK telah mengimplementasikan skema pemdanan dukungan melibatkan 350 industri. Ada matching fund yang terjalin antara SMK PK, industri, dan Kemendikbudristek. Perusahaan yang mengadopsi SMK dengan dana yang ada akan dipadankan oleh Kemendikbudristek. “Ini laris manis. Jumlah investasinya di atas Rp 400 miliar,” tuturnya.
Keberhasilan tersebut juga terjadi di perguruan tinggi vokasi. Dana kolaborasi tahun lalu mencapai Rp 133 Milyar meningkat dari sebelumnya Rp 65 milyar. “Di sejarah Indonesia belum pernah ada insentif yang lebih sukses dari ini untuk menarik uang dari sektor swasta masuk dalam perguruan tinggi dan SMK-SMK kita, ungkap Mantan Bos Gojek tersebut.
Menurutnya, peningkatan kepercayaan tersebut merupakan modal penting untuk mematangkan upaya mewujudkan lulusan vokasi sebagai SDM unggul. Terlebih, dalam menyambut Indonesia emas 2045 di mana Indonesia diproyeksikan sebagai salah satu kekuatan besar ekonomi dunia. “Itu menuntut SDM yang sangat unggul. Tak hanya unggul tapi juga adaptif, kreatif dalam menghadapi berbagai macam tantangan di depan,” paparnya.
Karenanya, lanjut dia, kolaborasi dunia pendidikan dan dunia usaha dunia industri harus terus dikuatkan. Bahkan, harus terjalin seperti pernikahan yang terhubung permanen. (*)