JawaPos.com – Bagi masyarakat yang hidup di wilayah tropis seperti Indonesia, kena paparan sinar matahari sudah jadi ‘makanan’ sepanjang tahun. Disamping memiliki efek yang baik bagi kesehatan, sinar matahari ternyata bisa berbahaya untuk kulit jika terpapar secara berlebihan.
Radiasi matahari sendiri terdiri dari sinar ultraviolet (UV) dengan berbagai panjang gelombang. Selain sinar UVB, ada pula UVA dan Ultra-long UVA. Lalu apa bedanya?
Sinar UVB biasanya memiliki panjang antara 280-320nm. UVB seringkali dianggap sebagai dampak berbahaya matahari karena bisa menyebabkan sunburn yang kasat mata dan cepat terlihat.
Akan tetapi, UVB hanya mewakili 5 persen dari paparan sinar ultraviolet. Sedangkan 95 persen dari sinar UV yang mencapai bumi adalah sinar UVA, yang terbagi menjadi beberapa panjang gelombang.
Ada short UVA yang panjang gelobangnya antara 320-340nm dan Long UVA yang gelombnagkan mencapai antara 340-400 nm. “Dalam rentang ini ada Ultra-Long UVA yang gelombangnya antara 380-400nm. 30 persen dari sinar UVA merupakan Ultra-Long UVA yang menembus lapisan kulit terdalam,” ujar Nestya Sedayu, Head of Marketing, Active Cosmetics Division, L’Oréal Indonesia.
Sehingga butuh perlindungan ekstra untuk kulit agar tetap sehat. Salah satu bentuk perlindungan kulit dari sinar matahari adalah menggunakan sunscreen.
Dermatologists, Photoprotection expert, dr. Srie Prihianti menjelaskan, Sinar UVA selalu hadir setiap hari, sepanjang tahun. Bahkan ketika cuaca mendung dan dapat menembus kaca jendela.
“Sinar Ultra-long UVA menembus kulit sangat dalam dan memberikan dampak pada sel kulit secara progresif,” ujar dr. Srie dalam peluncuran La Roche-Posay ‘Anthelios UVMUNE 400’
Lalu, apa dampaknya bagi kulit? Dampak klinis yang dapat terjadi adalah penuaan kulit (skin- aging). Bisa berupa kerutan pada kulit, pigmentasi, hingga kanker kulit. Sebab, 30 persen radiasi matahari Ultra-Long UVA dapat menembus hingga lapisan kulit terdalam.