Persiapan UI Racing Team Menuju Kompetisi Formula Student di Eropa

UI Racing Team bakal tampil di ajang yang memiliki segala aspek Formula 1. Persaingan bakal keras karena untuk menjadi peserta di kompetisi tersebut saja harus melalui serangkaian tes.

AGFI SAGITTIAN, Depok

”YUK satu.. dua.. tiga..,” kata Allansyah kepada Rifat, Rayhan, dan tiga orang lainnya sembari mengangkat sasis mobil formula dari sebuah meja. Mobil tersebut dalam keadaan yang belum sempurna.

Keempat rodanya tidak terpasang, bodi juga tidak dirangkai, karena tim sedang melakukan upgrade di beberapa sektor. Mobil lantas mereka letakkan di lantai, di depan spanduk besar bertulisan UI (Universitas Indonesia) Racing Team yang digantung di sebuah dinding basemen.

Basemen gedung Pusgiwa UI di Depok itu menjadi paddock sekaligus base camp tim balap UI Racing Team.

Base camp yang menjadi titik leburnya ide, harapan, dan semangat para anggota tim racing universitas jaket kuning tersebut. Bulan-bulan ini menjadi bulan yang sibuk bagi Allansyah Putra Dewantoro dan kawan-kawannya setim.

Allansyah adalah ”the president” alias ketua UI Racing Team. Beberapa bulan lagi, tepatnya Juli 2023, tim yang dia pimpin tersebut akan terbang ke Eropa mengikuti kompetisi European Formula Student Competition 2023.

Formula Student Competition adalah kompetisi formula mahasiswa dari seluruh dunia untuk mendesain, membangun, untuk kemudian diadu dalam serangkaian tes statis dan dinamis. Di European Formula Student Competition 2023, ada kurang lebih delapan kategori perlombaan yang akan diikuti UI Racing Team. Di antaranya, engineering design, cost & manufacturing, business presentation, tes akselerasi, fuel economy, skidpad (slalom), serta endurance.

Secara beruntun, kompetisi akan dilombakan di berbagai negara. Di antaranya, Spanyol, Austria, Italia, Belanda, dan Hungaria. Tak sembarangan tim bisa ikut kompetisi tersebut.

Sebab, untuk bisa terpanggil menjadi peserta, sebuah tim harus melalui serangkaian tes. ”Dari 600-an peserta, hanya diambil sekitar 35 di kategori combustion engine yang kita ikuti,” ujar Allansyah kepada Jawa Pos pada awal bulan lalu (4/2).

Ini bukan kali pertama UI Racing Team ikut ajang internasional. Tapi, tetap saja, ini momen yang mendebarkan buat Allansyah dan kawan-kawan. Sebab, UI Racing Team terus beregenerasi. Setiap tahun punya tim yang berbeda, diharuskan mengembangkan mobil yang berbeda, dan mengikuti kompetisi yang juga berbeda.

”Ada 20 orang yang akan berangkat ke Eropa. Bagi semuanya, ini kompetisi balap internasional perdana,” ujar Allansyah yang berstatus mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UI itu.

Apalagi, rekam jejak hebat UI Racing Team pada tahun-tahun sebelumnya ikut menambah tantangan bagi Allansyah untuk membawa timnya meneruskan tren positif tersebut. UI Racing Team pernah menyabet Top 5 Formula Japan 2018 dan juara III Endurance Event dalam ajang IIMS 2029.

Selain itu, mereka pernah menjadi juara I Business Event dalam ajang IIMS 2019, Top 5 Business Plan dalam ajang Formula Bharat 2022, dan Top 6 Engineering Design dalam ajang Formula Bharat 2022. Ajang di Benua Biru pada Juli nanti itu juga bakal jadi ajang internasional pertama setelah sempat terjeda karena pandemi Covid-19.

UI Racing Team tidak sendirian dalam mengembangkan mobil formula. Senior, dosen kampus, hingga pihak-pihak luar kampus juga disebut mereka selalu membuka ruang untuk konsultasi.

”Misalnya untuk mesin, kami berkonsultasi dengan bengkel-bengkel balap. Selanjutnya untuk elektronik dan lain-lain, ada pihak yang kami anggap bisa memberikan masukan meski tidak ada kerja sama resmi,” katanya.

Mobil Formula milik UI Racing Team dibangun menggunakan custom chassis yang full dirancang dan dimanufaktur anggota tim. Untuk mesin, digunakan mesin dua silinder berkapasitas 650 cc copotan Kawasaki Ninja ER6N.

UI Racing Team sempat melakukan pertemuan dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Dalam kesempatan itu, Allansyah dan kawan-kawan bertemu dan mendapat dukungan langsung dari Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo (Bamsoet).

Allansyah menargetkan masuk 10 besar overall. Itu bukan target yang ambisius memang, tapi rasional dan untuk mendapatkannya tetap tidak akan mudah. ”Formula Student itu betul-betul replika Formula 1 dalam skala yang lebih kecil. Keseriusan engineering-nya, keseriusan universitas-universitas dari negara-negara lain, itu sangat luar biasa,” ujar Riffat Muntaz, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UI, yang menjadi pembalap UI Racing Team.

Di dalam UI Racing Team, banyak anggota yang menggemari balap tentu saja. Namun, Riffat salah satu dari yang terbaik soal kepiawaiannya membawa mobil balap. ”Dia yang selalu menang setiap kita main gokar. Selalu. Jadi, sudah pasti dia yang terbaik soal balapan,” ujar Allansyah berkelakar.

Riffat mengatakan bahwa untuk urusan teknologi dan kualitas rancang bahan, Indonesia belum ada di top level kompetisi. Untuk negara seperti Jerman dan Inggris, menurut Riffat, tak jarang tim formula universitasnya di-support langsung oleh nama-nama otomotif raksasa seperti Mercedes-Benz dan lain-lain.

Sebab, Formula Student memiliki segala aspek Formula 1. Karena itu, dari pengamatan Riffat, dalam sebuah tim Formula 1 yang eksis saat ini, di berbagai divisi pasti di dalamnya ada ”alumni” Formula Student.

Riffat mengaku sangat ingin setidaknya berhasil mencicipi podium di salah satu kategori kompetisi. Seperti balapan pada umumnya, hanya tiga terbaik yang berhak mengibarkan bendera di podium. ”Di Formula Student, tidak ada pemutaran lagu kebangsaan. Tapi, kami janji kalau bisa podium, kami akan bernyanyi dan putar sendiri lagu Indonesia Raya,” ujar Riffat, lantas tertawa.

By admin