JawaPos.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebut, Biannual Tourism Forum menjadi peluang kolaborasi desa wisata dengan stakeholder kolaborasi dalam mendorong bangkitnya kembali pariwisata pasca pandemi. Terutama yang terkait peningkatan kapasitas pelaku pariwisata.

Sandi menjelaskan, Kemenparekraf mengedepankan kolaborasi sebagai salah satu konsep utama mengembangkan potensi desa wisata. Kemenparekraf berkomitmen untuk berperan mendukung peningkatan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) andal dan profesional di bidang parekraf.

“Dengan mengedepankan konsep inovasi, adaptasi, dan kolaborasi diharapkan akan mendukung dan menggali potensi desa wisata yang dapat dikembangkan dan diberdayakan, serta mendorong lebih banyak terbukanya lapangan kerja melalui sektor pariwisata,” kata Sandi kepada wartawan, Senin (6/3).

Melalui acara Biannual Tourism Forum yang digelar di 6 Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) meliputi Danau Toba, Borobudur Jogjakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi, Kemenparekraf memfasilitasi desa-desa wisata untuk berada dalam satu kolaborasi berbagai pihak termasuk memperoleh peluang akses pembiayaan dalam pengembangan potensi dan keunikan desa wisata.

Biannual Tourism Forum 2023 kali ini secara khusus menjadi forum penguatan komitmen rencana pengembangan desa wisata. Kegiatan ini telah bergulir sejak 2022 lalu hingga akhir 2023 dengan dukungan penuh dari Bank Dunia.

Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf, Florida Pardosi mengatakan, forum ini bertujuan mempertemukan desa wisata dengan berbagai institusi, kelembagaan dan perusahaan serta kolaborasi apa yang bisa dikembangkan.

“PR (Pekerjaan Rumah) kita masih banyak, sektor pariwisata butuh sektor lainnya, begitu pula desa wisata tidak bisa berdiri. Kami meminta kepada para local champion memiliki bekal yang cukup dari kegiatan pelatihan yang telah diberikan dalam rangkaian Program Kampanye Sadar Wisata yang selama ini sudah berjalan, serta berkomitmen untuk melaksanakan program ini secara berkelanjutan,” kata Florida.

Semangat kolaborasi dengan berbagai pihak terlihat jelas pada wajah pelaku pariwisata dari Desa Pasir Panjang, Desa Papagarang dan Desa Golomori. Wilayah tersebut menjadi 3 di antara desa wisata yang menjadi penyangga Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

“Kami tidak ingin hanya menjadi penonton dari wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo,” ujar Penggerak Desa Wisata Pasir Panjang, Mustafa Moeis.

Mustafa mengakui, pihaknya saat ini tengah giat mengembangkan berbagai atraksi wisata. Cara ini diharapkan dapat mengundang wisatawan berkunjung ke desanya,

“Melalui Kelompok Sadar Wisata Meet Native Rinca, saat ini kami tengah kembangkan sejumlah produk dan layanan wisata di lokasi Gua Kalong, Batu Balok, Pulau Gadoh dan Pulau Pempe. Sejak tahun 2019 lalu, pertunjukan pentas seni budaya tarian Animal Pop Komodo dan Manca Bajo, kami juga kembangkan hingga saat ini,“ kata Mustafa.

Sejak dibuka kembali untuk wisatawan pada Mei tahun lalu, Desa Pasir Panjang sudah beberapa kali melakukan pementasan. “Terdapat sekitar 1855 kunjungan wisatawan ke desa. Hal ini berdampak pada peningkatan ekonomi warga yang terlibat dalam atraksi wisata desa ini,” tutur Mustafa.

By admin