JawaPos.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meningkatkan surveilans aktif dan pemantauan penemuan kasus baru di Provinsi Papua Tengah. Hal itu sehubungan dengan meningkatnya kasus campak dan rubella di Kawasan Timur Indonesia tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan di 7 kabupaten terkonfirmasi kasus campak.
Pihaknya juga akan meningkatkan cakupan imunisasi dan memenuhi kelengkapan fasyankes untuk persiapan penanganan kasus campak.
“Setelah menerima laporan ini, kami bergegas melakukan upaya tindaklanjut agar tidak semakin meluas,” ujar Maxi, Senin (6/3).
Hingga sejauh ini, kenaikan kasus campak di Provinsi Papua Tengah, kata Maxi, bisa jadi disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR untuk anak-anak di tahun 2022.
Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi MR1 hanya 64,1 persen dan turun menjadi 48,6% pada Imunisasi MR 2.
“Temuan kami di lapangan, 87% Kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar 0 (zero),” terangnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa imunisasi MR masih menjadi cara yang ampuh untuk mencegah dua penyakit sekaligus yakni campak dan rubella. Dengan begitu, ia meminta masyarakat untuk tidak ragu mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi MR.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkann kasus campak di Provinsi Papua Tengah meningkat dalam 3 bulan terakhir. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, per 3 Maret 2023, total kasus yang dilaporkan sebanyak 397 orang tersebar di 7 kabupaten.
“Sekitar 48 telah terkonfirmasi lab positif campak, terbanyak di Kabupaten Mimika 25 kasus, Kabupaten Nabire 16 kasus, dan Kabupaten Paniai 7 kasus.,” ujar Maxi kepada wartawan, Senin (6/3).