JawaPos.com- Bulan ini fenomena La Nina diperkirakan segera berlalu. Namun, masyarakat diminta tetap mewaspadai potensi terjadinya El Nino yang berdampak pada peningkatan suhu. Cuaca panas di Surabaya Raya bisa mencapai 34–35 derajat Celsius.
Kepala Kelompok Unit Forecaster BMKG Maritim Tanjung Perak Ady Hermanto kemarin (5/3) mengatakan, fenomena El Nino berdampak pada berkurangnya uap air. Selain dapat menambah suhu panas, kekeringan akan terjadi. Debit air sungai pun akan menyusut. Perkebunan serta pertanian menjadi paling terdampak dalam fenomena tersebut.
”Fenomena (El Nino, Red) terjadi tujuh tahun sekali. Tahun ini fenomena itu diperkirakan akan mulai melanda Surabaya pada akhir Maret nanti,” ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengakui, fenomena El Nino berdampak terhadap lingkungan. Khususnya pada tumbuh-tumbuhan. Kekeringan bisa membuat pertumbuhan tanaman atau pepohonan tidak berjalan maksimal.
Sebagai langkah pencegahan, lanjut dia, pembangunan sumur resapan akan ditambah. Sumur tersebut dibangun pada setiap taman. ”Jumlahnya akan diperbanyak lagi. Selain sumur, pergantian atau penambahan tanah pada tanaman juga dilakukan,” kata Hebi.
Menjelang fenomena El Nino, sejauh ini cuaca ekstrem masih kerap terjadi di Surabaya. Hujan deras dan angin kencang disertai gelombang tinggi memengaruhi transportasi taksi laut. Banyak yang tidak beroperasi saat cuaca buruk.
Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Gede Gangga Wisnawa menambahkan, pergerakan angin muson Asia masih ada. Kondisi tersebut berdampak pada terjadinya hujan deras dan angin kencang. Cuaca ekstrem bisa memicu terjadinya peningkatan gelombang pada perairan laut. Dengan ketinggian mencapai 1,5–2 meter. ”Sebaiknya masyarakat tidak beraktivitas di laut dulu,” tuturnya.