JawaPos.com – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Soekarwo mengatakan, Indonesia masih tinggi dalam ketergantungan impor produk farmasi. Hal itu dinilai menjadi faktor penyebab harga obat masih tinggi di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengungkapkan, hampir seluruh bahan baku obat hingga alat kesehatan dalam negeri adalah hasil impor. Sekitar 90 persen bahan baku obat dan 88 persen alat kesehatan di Indonesia hasil impor.
“Data tersebut saya kutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021,” tutur mantan Gubernur Jawa Timur itu saat ditemui dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan (FSP Farkes) tersebut di Surabaya.
Lantas, dari negara mana saja Indonesia mengimpor bahan baku kesehatan dan alat kesehatan? Berdasarkan data yang dihimpun di BPS, antara lain Tionglok (2,332 miliar USD), Amerika Serikat (432,57 juta USD), dan Belgia (221, 32 juta USD).
Saat puncak pandemi Covid-19 di pertengahan 2021, misalnya. Stok obat dan alat kesehatan penunjang lainnya di Indonesia sempat dalam kondisi kosong. Pasokan oksigen di sejumlah rumah sakit sempat kritis. “Kalaupun ada harganya naik berkali-kali lipat,” kata Pakde Karwo.
Padahal, lanjutnya, aspek kesehatan seharusnya menjadi prioritas negara. Dia menegaskan, kesehatan adalah pelayanan dasar di samping pendidikan.
Pakde Karwo optimisti jika sektor kesehatan digarap secara maksimal maka bakal berdampak terhadap ekonomi. Selama ini, menurutnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional baru menyumbang 1,9 persen PDB nasional sepanjang 2021.
“Padahal, kita tahu kan ada market 270 juta (penduduk). Total, kebutuhan anggaran yang untuk alat kesehatan di Indonesia tersebut mencapai Rp 95 triliun,” imbuhnya.