JawaPos.com – Pengemudi motor gede (moge) bernopol D 6699 SDH itu meregang nyawa usai terlibat kecelakaan adu banteng dengan bus Akas bernopol N 7927 US pada KM 252.700 dari arah Surabaya. Korban bernama Sindhunata, warga Kompleks Green Ville Jakarta Barat, tewas mengenaskan di Jalan Raya Hutan Baluran, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jumat (3/3).
Kanitlaka Polres Situbondo Ipda Kadek Yasa menegaskan bahwa korban meninggal di lokasi kejadian dengan beberapa luka di bagian tubuhnya. Pengendara moge itu mengalami luka robek pada hidung, luka robek pada dagu, patah tulang terbuka pada tangan kanan, patah di bagian kaki kanan, dan luka robek pada bawah alat kelamin. ”Pengemudi moge mati di tempat. Habis itu langsung diserahkan ke puskesmas terdekat,” ungkap Gede seperti dikutip Radar Situbondo (Jawa Pos Group), Sabtu (4/3).
Peristiwa bermula saat iring-iringan rombongan moge melaju dari arah barat ke timur. Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP), Sindhunata mencoba untuk mendahului teman-temannya. Nah, begitu membuka haluan ke arah kanan, secara bersamaan dari arah berlawanan muncul bus Akas. Benturan keras pun tak bisa dihindari.
”Salah satu moge itu nyalip temannya di jalan yang menikung. Karena tidak imbang, dia (Sindhunata) oleng dan terbentur ke moncong bus dan tergeletak di depan bus yang saya tumpangi,” ujar salah satu penumpang bus, M. Fajar
Kata dia, bus yang dikemudikan sebenarnya melaju pelan. Namun, moge tersebut yang terlalu cepat hingga kecelakaan berakibat fatal. ”Saat itu hujan cukup deras, mungkin licin atau bagaimana saya tidak terlalu paham. Tahunya saya, ya setelah ada moge yang hancur, saya baru turun dari bus dan melihat kondisi korban,” tegas Fajar.
Kata Fajar, penumpang Akas yang melaju dari timur langsung berteriak menyebut nama Tuhan begitu terdengar benturan keras. Mereka benar-benar panik begitu bus yang ditumpangi mengerem mendadak dan memberhentikan laju kendaraannya setelah adu banteng dengan moge.
”Semuanya kaget, termasuk saya pribadi jelas kaget pas dengar benturan keras. Untung saya pakai sabuk pengaman sehingga kepala saya tidak sampai terbentur ke kursi depan saya. Suara benturannya sangat nyaring,” imbuh Fajar.
Akibat kejadian tersebut, penumpang Akas harus antre hingga pukul 14.20 sambil menunggu proses evakuasi jenazah Sindhunata terselesaikan. Selain menunggu proses evakuasi, belasan penumpang menunggu bus pengganti untuk melanjutkan perjalanan ke arah Surabaya. ”Antrenya sekitar dua jam. Kejadiannya kan pukul 12.00. Pukul 14.00 saya baru pindah bus dan bisa melanjutkan perjalanan,” kata Fajar.