JawaPos.com – Angkutan pengumpan atau feeder Wirawiri Suroboyo yang telah diresmikan Kamis (2/3) diminati warga. Sebanyak 52 unit feeder yang mengaspal pun diserbu warga. Minat mereka terlihat dari kursi penumpang yang hampir selalu penuh. ”Antusiasme masyarakat tinggi sekali. Trayek-trayek tertentu bahkan sampai full. Artinya, warga betul-betul menerima kehadiran Wirawiri Suroboyo ini,” kata Kepala UPTD Pengelolaan Transportasi Umum (PTU) Dishub Surabaya Eni Fajarsari Sabtu (4/3).

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pun meminta ASN turut menularkan virus untuk naik transportasi publik. Hal itu bisa dilakukan minimal seminggu sekali. Dia ingin ASN di Pemkot Surabaya bisa menjadi contoh untuk warga yang lain. ”Nanti kita coba mulai pekan depan. Bisa naik feeder atau Suroboyo Bus, termasuk saya. Jadi, jangan bawa kendaraan sendiri, terus diparkir di tempat lain,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang penumpang feeder, Wahyu Sumarsono, sengaja mencoba transportasi baru tersebut kemarin pagi. ”Biasanya ke kantor juga sering naik transportasi umum. Tapi bukan feeder,” ujarnya. Rute yang dia pilih dari Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ)–Kedung Asem. Wahyu mengakui kebersihan feeder sangat terjaga. Hal itu membuat penumpang nyaman.

Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Di antaranya, waktu tunggu kedatangan angkutan tidak bisa diprediksi. Itu membuat sebagian penumpang menunggu lama. ”Jadi, ke depan harus ada GPS di feeder yang bisa dilihat di aplikasi. Agar penumpang bisa tahu perkiraan angkutan datang,” papar Wahyu.

Penumpang lain, Wisnu Pramudji Kusuma, pun mengatakan bahwa informasi mengenai tempat pemberhentian feeder belum banyak diketahui masyarakat. Karena itu, sosialisasi melalui media sosial atau di halte harus dimasifkan. ”Supaya penumpang tidak kebingungan,” tambahnya. Meski begitu, pria 31 tahun itu merasa sangat terbantu dengan adanya feeder. Sebab, jarak dari rumah ke tempat pemberhentian cukup dekat. Jadi, sangat memudahkan mobilisasi ke tempat lain dengan menggunakan transportasi umum.

Bambang Haryanto, warga CitraLand, menyatakan senang saat menjajal feeder. Dia cukup puas dengan inisiatif transportasi publik yang kini menjangkau area dalam perumahan. ”Karena warga juga malas lho bawa mobil sendiri, macet sana-sini,” ujarnya. Selama ini, transportasi publik hanya melintas di kawasan jalan besar Mayjen Yono Soewoyo. Jadi, warga masih membutuhkan transportasi pribadi untuk keluar perumahan. Dia menambahkan, rute feeder penting untuk menyentuh lokasi-lokasi yang ramai dikunjungi. ”Jadi, memang sesuai kebutuhan masyarakat,” jelasnya.

Bambang berharap konektivitas feeder dengan Suroboyo Bus bisa dijaga supaya konsisten. Jadi, pemberhentian unit tidak sembarangan dan tetap terkoneksi dengan Suroboyo Bus. ”Jadi, kalau mau pindah armada ini mudah. Nyambung, apalagi satu harga yang berlaku,” katanya.

Frans Waruwu, warga yang lain, menjelaskan bahwa dirinya masih melihat kurangnya informasi di dalam unit feeder. ”Pembagian zona duduknya belum ada penjelasan. Merah itu untuk apa, pink apa, semoga dilengkapi,” tuturnya.

Penumpang feeder lain, Indah, warga Benowo, juga menyatakan bahwa mobilitas lebih efisien dengan adanya feeder. Perempuan 36 tahun yang selama ini menggunakan Suroboyo Bus itu pun makin mudah bepergian.

Bertambahnya kemudahan akses menggunakan transportasi umum tak hanya dirasakan penumpang feeder. Tetapi juga penumpang bus Trans Semanggi rute SPBU Lidah Wetan–Tambak Kejawan.

Amanda Marsya Kamila sengaja datang kemarin pagi ke SPBU Lidah Wetan. Setiap weekend, mahasiswa asli Surabaya tersebut selalu naik Trans Semanggi untuk mengantarnya ke Alun-Alun Surabaya. ”Sering berangkat pagi biar bisa menikmati suasananya yang tidak ramai,” jelasnya.

Dia mengatakan, naik transportasi umum ke pusat kota dapat terhindar dari kemacetan. Selain itu, dengan ongkos yang terjangkau bisa berkeliling dalam kota. Rute yang tersedia juga sangat membantu untuk bepergian menggunakan transportasi massal.

Tambah 11 Armada Trans Jatim, Integrasikan dengan GoBis

KEBUTUHAN pengembangan transportasi umum tidak bisa ditunda lagi. Apalagi, Surabaya sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur memiliki arus lalu lintas tinggi. Sejumlah solusi pun segera diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jatim Nyono menyatakan, sejumlah rencana pengembangan transportasi massal fokus pada penanganan arus mobilitas di Surabaya. ’’Kota ini (Surabaya) memiliki interline dengan kota-kota lain yang tergabung dalam Gerbangkertosusila (Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–Lamongan),’’ katanya kemarin (4/3). Gabungan berbagai kota itu biasa disebut Surabaya Raya.

Karena itu, pihak dishub terus mengebut agar moda transportasi Trans Jatim yang sekarang beroperasi dikembangkan. Tujuannya, bisa mengakomodasi arus urbanisasi warga. Baik bagi mereka yang masuk maupun keluar Surabaya. ’’Pertengahan tahun ini ada penambahan 11 bus Trans Jatim untuk rute koridor 1 (Sidoarjo–Surabaya–Gresik). Lalu, setelah itu, koridor 2 juga kami targetkan demikian. Rutenya Surabaya–Mojokerto,’’ paparnya.

Rute penting lain yang disiapkan adalah koridor 3. Rute pelayanan akan menghubungkan jalur arteri Sidoarjo hingga Surabaya. Layanan tersebut secara signifikan bakal membantu mobilitas warga ulang-alik.

’’Rencana nanti masuk ke Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ). Kami sedang koordinasi dengan Dishub Surabaya terkait hal ini. Yang pasti kami ingin menyediakan transportasi umum yang aman, nyaman, dan tepat waktu,’’ paparnya.

Selain angkutan jalan, moda transportasi rel turut dikembangkan untuk melayani kawasan Surabaya Raya. Nyono menyebut, moda transportasi rel tersebut akan siap pada 2027. Pembiayaan pun dibantu pemerintah Jerman. ’’Nanti jenis yang dipakai rencananya kereta listrik. Akan dikoneksikan dengan stasiun dan moda transportasi jalan,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dishub Surabaya Tundjung Iswandaru menyatakan, feeder yang kini telah beroperasi akan dioptimalkan lagi. Salah satunya, menerapkan tarif terintegrasi. Hal itu bisa dilakukan dengan mengoneksikan aplikasi GoBis milik Surabaya dan Trans Jatim. ’’Hal itu sedang kami koordinasikan. Agar nanti jelas tarif yang dibayarkan penumpang ini masuk ke mana,’’ ujarnya. Tentu, penerapan sistem baru itu membutuhkan payung hukum sebagai dasar pelaksanaannya.

Tundjung menjelaskan, nanti saat pengguna membuka aplikasi, ada pilihan 11 Armada Trans Jatim, Integrasikan dengan GoBis yang terkoneksi. Misalnya, saat hendak naik Suroboyo Bus, akan terlihat rute yang nyambung dengan Trans Jatim mana saja. Begitu juga sebaliknya. ’’Yang terpenting saat ini penyediaan transportasi publik adalah bagian dari traffic demand management (TDM). Muaranya juga untuk mengatasi kemacetan,’’ paparnya.

PENINGKATAN TRANSPORTASI PUBLIK

– Pemprov Jatim bakal membuka koridor baru dan menambah unit layanan Trans Jatim di Surabaya Raya.

– Rencana jangka panjang, KRL baru tersedia pada 2027.

– Dishub Surabaya akan menambah lagi jumlah Suroboyo Bus tahun ini.

– Rute feeder segera dikembangkan menjadi 7 titik.

– Masalah transportasi publik masih terganjal pada penerapan single tarif.

Diolah dari berbagai sumber.

By admin